Pembiayaan BSM tahun lalu tumbuh 10,43 persen menjadi Rp83,43 triliun, sedangkan dana pihak ketiga, atau DPK, naik 12,80 persen menjadi Rp112,58 triliun.
Positifnya pertumbuhan pembiayaan BSM didorong oleh kontribusi kenaikan pembiayaan dari segmen ritel sebesar 18,41 persen menjadi Rp53,24 triliun. Uniknya, kinerja positif pembiayaan segmen ritel ini di masa pandemi didukung produk layanan berbasis emas, yakni cicil emas dan gadai emas, yang naik 32,23 persen menjadi Rp3,94 triliun.
Di lain pihak, pembiayaan konsumer, termasuk pembiayaan mitraguna, pembiayaan pensiunan, pembiayaan kepemilikan kendaraan dan rumah, juga turut naik 29,13 persen menjadi Rp39 triliun.
Pada segmen corporate banking, BSM juga masih mampu menorehkan kenaikan pembiayaan sebesar 4,83 persen menjadi Rp23,43 triliun.
Meskipun terdampak pandemi, BSM tetap mampu mencatat pertumbuhan pembiayaan yang solid tahun lalu dengan rasio pembiayaan bermasalah (NPF) cukup terjaga.
NPF netto tercatat sebesar 0,72 persen dan NPF gross sebesar 2,51 persen.
Pada sisi pendanaan, kinerja positif BSM ditopang oleh pertumbuhan dana tabungan, yang naik 18,73 persen menjadi Rp47,25 triliun. Dibanding rata-rata pertumbuhan tabungan secara nasional, yang berkisar di angka 15,65 persen, angka yang ditorehkan BSM cukup tinggi.
BNI Syariah (BNISy)