Supaya Kuat Jalankan Ibadah Puasa Disaat Covid-19, Lima Hal Ini Bisa Jadi Rujukan

14 April 2021, 14:37 WIB
Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir /Doc. laman web Muhammadiyah.or.id/

BERITA SUBANG - Agar amalan ibadah puasa tak sia-sia dan lebih kuat dalam menjalankanya, bahkan lebih dari menahan lapar dan haus ini lima hal ini bisa jadi rujukan dari pengurus Muhammadiyah.

Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir pun memberi kiat-kiat agar puasa berjalan baik dan menghasilkan kejujuran seperti petunjuk Al Qur'an dan ajaran para nabi.

Berikut lima hal yang dapat dijadikan rujukan dalam pesan Haedar Nashir pada bulan suci Ramadan 1442 H ini, seperti dikutip dari laman web Muhammadiyah.or.id, Jakarta, Rabu, 14 April 2021.

Baca Juga: Pertimbangan Ketum Muhammadiyah Haedar Nashir Agar Masyarakat Tidak Mudik Lebaran 2021

Pertama, dalam melaksanakan puasa harus betul-betul dengan kondisi lahir dan batin. Jangan sampai puasa itu hanya mengubah jadwal makan dan minum, tetapi tidak mengubah perilaku makan dan minum kita yang dimestikan untuk tetap tidak boleh israf atau melampaui batas.

"Lebih dari sekedar menahan lapar dan haus, puasa batin dapat menghasilkan perilaku yang jujur. Tidak hanya jujur di muka, namun jujur di mana saja bahkan dalam kondisi yang jauh. Puasa yang menghasilkan kejujuran dikala di rumah lebih-lebih di luar rumah itulah wujud sebenarnya puasa yang lahir dan batin," ujar Haedar.

Baca Juga: Jokowi Bakal Reshuffel Kabinet di Bulan Ramadan Ini, Joman Beberkan Lima Menteri yang Diganti

Sebagai halnya kisah nabi, pada suatu saat nabi sedang keliling di kota Madinah ada seseorang yang sedang memaki-maki hamba sahayanya padahal saat itu bulan puasa lalu nabi dengan santun memberi kurma kepada orang itu.

“Ya Rasul kenapa engkau berikan kurma padahal aku sedang berpuasa?” apa kata nabi?. Banyak orang yang puasa namun dia tidak mendapatkan apapun dari puasanya selain lapar.”

Baca Juga: Menag Gus Yaqut Larang Ibadah Ramadan Di Mesjid Wilayah yang Masih Zona Merah dan Oranye

Kata dia, itu sindiran nabi yang paling tajam. Saat, berpuasa seharusnya dapat menahan nafsu amarahnya maka sama saja puasa yang dilakukannya tak mendapat apapun selain lapar.

Kedua, dibulan puasa Ramadan disunnahkan untuk melaksanakan salat tarawih. Haedar mengimbau agar masyarakat tidak memaksakan diri apabila salat tidak memungkinkan untuk ditunaikan di Masjid.

Baca Juga: Polda Jatim dan Bali Mulai Sosialisasi Penyekatan Arus Mudik Lebaran 2021

Bukan berarti mengajak orang untuk menjauhkan diri dari masjid, tetapi karena kondisi pandemi Covid-19 yang masih tidak memungkinkan, pelaksanaan salat bisa di rumah, dan kita bisa khusyuk.  

“Jadikan Qiyamul Lail (tahajud, tarawih,  dan salat malam) kita itu menjadikan diri kita orang-orang yang memperoleh kemuliaan dalam hidup kita lahir dan batin,” tutur Haedar.

Baca Juga: Polri Dirikan 333 Pos Penyekatan Dari Lampung Hingga Bali Pada Mudik Lebaran 2021, PMJ Pantau di 8 Titik Pos

Haedar menjelaskan orang yang mulia lahir dan batin dia tidak akan makan barang yang haram termasuk yang subhat.

Di saat dia punya peluang dia tidak akan melakukan penyimpangan apapun ketika ada ruang untuk menyimpang dan dia tetap jujur ketika di luar jauh dari jangkauan orang, itulah kemuliaan buah dari kita Qiyamul lail.

Baca Juga: Jadwal Sholat, Imsak, Duha, dan Buka Puasa Hari Ini, Rabu 24 Maret 2021 di Subang dan Sekitarnya

Dan qiyamul lail itu harus menimbulkan hati yang semakin tentram termasuk menghadapi berbagai macam hal dalam kehidupan kita.

Ketiga, dengan mempelajari al-Qur’an tetapi lebih dari itu pahami al-Qur’an arti makna dan maksudnya dan praktekkan dalam hidup.

Haedar, menekankan, Al-Qur’an harus jadi petunjuk mana yang baik, benar, keliru, halal, buruk, salah, yang pantas dan tidak pantas.

Baca Juga: Jaksa dan Kuasa Hukum Kasus Kebakaran Kejagung Kompak Minta Tunda Sidang, Tuntutan 6 Terdakwa Bulan Puasa

Orang yang paham Al-Qur'an mempratekkan Al-Quran dengan bisa memilah milahnya, dia lakukan yang benar dan tidak lakukan yang salah.

"Ketika ketidakpantasan, keburukan, dan kesalahan itu membuat diri kita senang nah ini yang perlu hal-hal yang salah itu membuat kita senang tetapi senang seketika," ungkapnya.

Sebagai contoh, kata Haedar bahwa pendiri Muhammadiyah Kiai Ahmad Dahlan mengajarkan surat Al-Maun selama tiga bulan.

Baca Juga: ASN Dilarang Mudik Saat Lebaran 2021, Kecuali Pegawai Negeri Ini, Asal...

Al-Maun itu dihafalkan ratusan tahun oleh orang Islam tetapi tidak membekas dan dipraktikkan menjadi sebuah gerakan untuk membela yang miskin, yatim, dhuafa, mustadafin, dan lainnya.

"Maka tahfizul Qur’an harus dibarengi dengan pengamalan al-Qur’an juga ilmu harus tetap kita raih di bulan Ramadan. Maka, selain mempelajari Quran kita juga harus mempraktekkan ilmunya," tuturnya.

Keempat, jadikan bulan Ramadan bulan beramal bersedekah. Bahkan Nabi memberi rambu-rambu bahwa sedekah yang paling afdal di bulan Ramadan. Bukan berarti di bulan lain tidak baik namun ini memicu kita untuk semakin berlomba untuk bersedakah.

Baca Juga: Perombakan Menteri Menguat, Ngabalin Sebut Jokowi Tak Punya Ketergantungan, Reshuffel Pekan Ini

Kelima, Ramadan harus jadi wasilah untuk kita cinta bangsa. Kata Allah, tidak disebut beriman seseorang sampai terbukti ia mencintai sesama seperti mencintai dirinya.

“Perbedaan agama, ras, suku, bahkan politik jangan sampai hilang rasa cinta kita kepada sesama. Maka orang mukmin harus mencintai sesamanya dalam keragamaan dan cintanya harus tulus,” terang Haedar.

Baca Juga: Tak Hadiri Pelantikan, Tokoh Muhammadiyah Abdul Mu’ti Tolak Jabatan Wamendikbud dari Jokowi

Haedar mengingatkan bahwa Indonesia ini milik bersama, diperjuangkan bersama-sama dangdut yang umat Islam memberi saham besar bagi Indonesia maka kondisi apapun pada bangsa ini menjadi tanggung jawab bersama. Tumbuhkan sikap tabligh, amanah, sidiq, dan fatonah. Kalau mempraktekkan itu insyaAllah selamat dan maju,” sambungnya.

Selain itu, menurut Haedar, dalam berbangsa juga harus saling memiliki. Jangan karena berbeda politik jadi terpecah.

Baca Juga: Sekum PP Muhammadiyah: Pedagang Pasar Diuber-uber, Tapi Elit Dibiarkan Melanggar Protokol Kesehatan

“Kita boleh mengkritik kondisi yang tidak baik tetapi jangan kehilangan cinta kepada Indonesia,” pungkasnya.***

Editor: Edward Panggabean

Tags

Terkini

Terpopuler