Misteri 'Vampir' Elizabeth Bathory: Mandi Darah Perawan Demi Awet Muda

- 2 April 2022, 01:29 WIB
Elizabeth Bathory
Elizabeth Bathory /Tim Berita Subang 05/Berita Subang

BERITA SUBANG - Elizabeth Bathory seorang bangsawan dari Hungaria. Dikenal dengan julukan "Lady Vampir", Elizabeth Bathory tercatat sebagai pembunuh berantai dengan korban terbanyak dalam sejarah.

Bangsawan Hongaria dari keluarga Bathory ini lahir pada 7 Agustus 1560. Ia lahir dari keluarga bangsawan paling kaya di Hongaria saat itu. Salah satu pamannya, kemudian menjadi Raja Polandia.

Pada usia 15 tahun, Elizabeth menikah dengan Count Ferenc Nadasdy yang 10 tahun lebih tua dari dirinya. Karena suaminya berasal dari bangsawan yang lebih rendah dari dirinya, maka Elizabeth tetap menggunakan nama keluarganya "Bathory" dan bukannya "Nadasdy" dibelakang namanya.

Baca Juga: Misteri Paus Beluga Putih, Benarkah Mata-Mata Rusia?

Pasangan ini kemudian tinggal di Istana Cachtice, yang merupakan sebuah kastil di desa Cachtice. Namun, suaminya sering meninggalkan Elizabeth karena bergabung dalam pertempuran melawan Turki.

Suaminya bahkan dikenal sebagai pahlawan Hongaria dengan julukan "Black Hero of Hungary". Menikah di usia muda dan kerap ditinggal suami, membuat masa muda Elizabeth tidak lah seindah novel percintaan.

Untuk menghalau hidupnya yang sepi dari kasih sayang, Elizabeth pun menjalin hubungan gelap dengan beberapa pria. Bahkan sempat nekat kabur bersama kekasih gelapnya, walau pun akhirnya ia kembali juga ke suaminya. Ferenc memahami kesepian Elizabeth dan menerimanya kembali.

Elizabeth ketika itu memiliki pelayan bernama Dorothea Szentes yang biasa disebut Dorka. Pelayannya inilah yang mulai mempengaruhi Elizabeth dengan ajaran satanisme. Melalui bantuan Dorka, Elizabeth mulai melakukan penyiksaan terhadap pelayan-pelayan muda.

Baca Juga: Kisah Sedih Komedian Aming: Dilecehkan Hingga Diperkosa Orang Terdekat

Istana Cachtice pun berubah menjadi pusat teror dan penyiksaan seksual. Para gadis muda yang menjadi pelayannya disiksa, dicambuk dan disakiti di bagian tubuh tertentu.

Mengutip Wikipedia, Pada 1600, suami Elizabeth, Ferenc meninggal dunia. Di sinilah kehidupan Elizabeth bertambah kelam. Ketika ia memasuki usia 40 tahun, Elizabeth mulai menyadari bahwa kecantikannya memudar.

Elizabeth memang sangat menganggumi dirinya sendiri. Sehingga ketika tanda-tanda penuaan yang sebetulnya lumrah di usia tersebut, Elizabeth mulai menjadi ketakutan.

Elizabeth, yang memuja kesempurnaan dan kecantikan, akan melakukan apa saja demi mempertahankan kecantikannya. Suatu saat, seorang pelayan wanita yang tengah menyisir rambutnya, secara tidak sengaja menarik rambut Elizabeth terlalu keras.

Akibatnya, Elizabeth marah dan menampar gadis malang itu. Seketika darah memancar dari hidung gadis itu dan mengenai telapak tangannya.

Saat itu, Elizabeth percaya bahwa darah gadis muda memancarkan cahaya kemudaan mereka. Serta merta, ia menyuruh pelayannya, Jonannes Ujvari dan Dorka untuk melepaskan pakaian gadis muda itu dan menariknya ke bak mandi serta memotong urat nadi gadis itu.

Ketika gadis malang tersebut meninggal kehabisan darah, Elizabeth segera masuk ke bak mandi dan berendam dalam kubangan darah. Dia menyakini bahwa berendam darah perawan merupakan "Rahasia Awet Muda".

Elizabeth menjadi kecanduan untuk berendam dalam kolam darah gadis-gadis muda. Kesadisannya semakin bertambah dari hari ke hari, ia bahkan berendam di kolam darah sambil menyaksikan korbannya sekarat meneteskan darah hingga tewas.

Ia bahkan meminum darah para gadis muda tersebut untuk mendapatkan kecantikan. Lama kelamaan, gadis-gadis muda di desa mulai berkurang. Demi mendapatkan darah yang berkualitas, Elizabeth mengincar darah gadis bangsawan rendahan.

Dia kemudian menculik gadis-gadis bangsawan. Namun, karena kejadian penculikan itu menjadi bumerang bagi dirinya. Hilangnya gadis-gadis bangsawan dengan cepat mendapatkan perhatian di kalangan orang-orang berpengaruh, hingga menjadi perhatian Raja Hungaria, Matthias II.

Pada 30 Desember 1610, pasukan tentara dibawah pimpinan Gyorgy Thurzo yang merupakan sepupunya sendiri, menyerbu Istana Cachtice di malam hari.

Mereka semua terkejut melihat pemandangan yang mengerikan di Istana itu. Tampak mayat gadis muda yang kehabisan darah tergeletak di meja makan dan seorang gadis muda yang terikat di tiang dengan kedua urat nadinya disayat dan masih meneteskan darah.

Tentara juga menemukan di bagian penjara, belasan gadis muda terkurung sedang menunggu giliran untuk dibunuh. Mereka juga menemukan lebih dari 50 mayat di lantai dasar Istana itu yang sebagian besar sudah mulai membusuk.

Jumlah korban Elizabeth masih simpang siur, namun diperkirakan sekitar 650 nama tercatat sebagai korbannya yang sebagian besar dari keluarga petani dan bangsawan. Elizabeth diadili pada 1611.

Elizabeth sendiri tidak pernah didatangkan ke pengadilan untuk diadili secara langsung. Hanya empat pelayannya yang diadili dan kemudian dihukum mati. Raja Hongaria memerintahkan Elizabeth untuk dikurung dalam kamarnya di Istana Cahctice selama sisa hidupnya.

Para pekerja kemudian dikerahkan untuk menutup semua pintu dan jendela ruang kamar Elizabeth dengan tembok dan hanya menyisakan lubang kecil yang digunakan untuk memasukkan makanan dan minuman.

Pada 21 Agustus 1614, atau empat tahun setelah Elizabeth dipenjara di Istananya, ia ditemukan meninggal oleh penjaga. Elizabeth meninggal di usia 54 tahun.

Kabarnya Elizabeth sempat dimakamkan di sebuah gereja di Cachtice. Namun menurut pengakuan warga, makamnya dipindahkan ke makam keluarga di Ecsed. Saat ini, di mana lokasi makam Elizabeth tidak diketahui. ***

Editor: Edward Panggabean


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x