Modus Para Pelaku Human Trafficking dalam Menjerat Korbannya

- 21 Februari 2023, 09:40 WIB
Noèmie Kurta dan Trigo Neo Starden
Noèmie Kurta dan Trigo Neo Starden /Beritasubang.com/

Noèmie Kurta tidak menyebutkan berapa jumlahnya, namun ia memastikan sebagian besar media sosial digunakan para pelaku untuk menjerat korban.

"Pelaku human trafficking tidak lagi bertatap wajah atau bertemu secara langsung tapi sekarang melalui media sosial. Kini sudah ada sekitar 70 persen sosial media fiktif digunakan untuk menjerat para korban," ujarnya.

Di kesempatan yang sama, diaspora Indonesia di Inggris yang gencar mengkampanyekan persamaan hak bagi masyarakat penyandang disabilitas di dunia kerja dan memperjuangkan kesetaraan bagi perempuan di Indonesia dan dunia yakni Trigo Neo Starden mengatakan, isu human trafficking harus terus disuarakan agar masyarakat Indonesia selalu waspada, sehingga bekerja di luar negeri tidak hanya kelihatan yang baik-baiknya saja.

Baca Juga: LSM Perempuan dan Anak Ungkap Kejanggalan Seputar Predator Seks Herry Wirawan

"Masyarakat harus mengetahui dan menyadari ini, bekerja di luar negeri yang kelihatan tidak hanya yang enak-enaknya saja," katanya.

Ia pun tidak menyebutkan jumlah kasusnya, tapi human trafficking yang kini terjadi tidak melulu mengenai pekerja sex dan pelacuran. Human trafficking juga terjadi di bidang pekerjaan formal.

"Ini yang paling mutlak salah, kalau kita bilang human trafficking berhubungan dengan sex dan pelacuran. Seperti di Inggris, kasus human trafficking sering menimpa pekerja di perkebunan dengan sistem kerja paksa dan gaji yang tidak sesuai," tuturnya. ***

Halaman:

Editor: Tommy MI Pardede


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x