Ketua DPD PAN Kabupaten Cirebon Komentari 23 Tahun Reformasi di RI: 'Hanya Melahirkan Kartel Politik Baru'

- 22 Mei 2021, 19:46 WIB
Hari Reformasi diperingati setiap tanggal 21 Mei
Hari Reformasi diperingati setiap tanggal 21 Mei /KPU Magelang/

Pemilu yang sudah di  gelar 4 kali hanya melahirkan koloni baru politik dinasti. Dalam tingkatan politik  nasional  terlahir banyak kerajaan baru koloni politik, Dinasti Amien Rais, Dinasti Gusdur, Dinasti Megawati Megawati dan Dinasti Jokowi. 

Muncul juga reaksi dan resistensi rezim lama dinasti Soeharto bergerak dan melakukan semangat perlawanan.  

Bayangkan pada  level daerah dan tingkatan desa akan terlahir ribuan dinasti bupati/ walikota dan kepala desa.

Partisipasi kolektif masyarakat tersesat dan terjerumus untuk menghidupkan dan membangkitkan serta melahirkan kembali kelompok kepentingan baru dan menciptakan kelompok kelompok kokektif berjamaah/ oliqarki.

Identitas dan idelogi kepartian muti partai saat ini hanya diartikan dalam wujud retorika dan jargon politik. Mereka berjualan politik dengan panggung  produk dagangan  politik identitas.

Isu berpolitik dengan rasa dan citra kebangsaan/nasionalis hanya ada  wilayah tataran wacana dan formalitas identitas ideologis di akte pendirian partai.  

Tematik ideologi dan tujuan kebangsaan  kaitannya semangat meraih Indonesia baru  melalui berbagai partai mengusung ideologi terbuka/ nasional  dipertanyakan.

Partai yang mengamalkan dan mengenakan baju nasionalisme justru terjebak identitas sempit yakni mengarahkannya kontituennya ke pengkultusan individu sebagai mesin penggerak ideologi .

Di lain disisi terjadi partai politik yang menunjukan identitas ideologi yang ekstrim, ada banyak partai politik yang sengaja mengajak konstituen  dan melakukan  aneksasi politik identitas  sektarian atau kultus pribadi.

Hasil kerja politik yang dilakukan dalam tingkatan  penyelenggaraan pemerintahan harus dibayar mahal karena berujung pada tersumbatnya proses demokrasi dalam  penyelenggaraan bernegara dan bernegara.

Secara umum partai politik hanya bekerja untuk kepentingan identitas kolektif dan termasuk partai yang melakukan koalisi di  pemerintahan. Kesepakatan perjuangan parpol dalam pemahaman keadilan sosial dan kesejahteraan belum tercapai.

Kapitalisasi dan dukungan kaum oportunis negeri ini juga merusak sistem kepartaian. Orang berduit bisa membuat parpol membajak aktifis pakar ,ahli dan pemuka agama dan mantan para petualang politik .

Halaman:

Editor: Muhamad Al Azhari


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah