Cerminan Nilai Kebudayaan Moposad dan Moduduran dalam Ideologi Pancasila

- 23 Juli 2021, 15:49 WIB
Budaya Moposad dan Modudurani dipercayai oleh masyarakat Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara sebagai sebuah petuah atau norma sosial yang bermakna untuk mendorong masyarakat daerah setempat untuk terus menolong satu sama lain dalam rangka menjaga keselarasan dan keserasian sosial yang dijalin antara sesama.
Budaya Moposad dan Modudurani dipercayai oleh masyarakat Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara sebagai sebuah petuah atau norma sosial yang bermakna untuk mendorong masyarakat daerah setempat untuk terus menolong satu sama lain dalam rangka menjaga keselarasan dan keserasian sosial yang dijalin antara sesama. /Jose Andreas Mardjo

BERITA SUBANG- Indonesia, Negara Kepulauan terbesar di dunia yang terdiri atas 17.508 pulau, menjadi rumah yang dihuni lebih dari 271 juta umat manusia yang berasal dari hampir 400 suku bangsa berbeda.


Perbedaan dan Keragaman suku antara penduduk Indonesia ini telah menimbulkan urgensi bagi Negara untuk dapat menyediakan sebuah instrumen yang mampu untuk menciptakan dan memelihara keharmonisan antara penduduk Indonesia di tengah terjadinya keragaman suku yang ditranslasikan dengan timbulnya juga perbedaan agama, kebiasaan dan golongan.

Hal ini sendiri telah dipenuhi oleh Negara dengan diciptakannya Pancasila sebagai Ideologi Bangsa Indonesia, pada awal masa kemerdekaan.

Diluar fungsinya dalam menciptakan dan memelihara keharmonisan dan kesatuan Indonesia, Pancasila juga harus dapat mengakomodir keberagaman dalam ideologi suku-suku yang hadir di Indonesia.

Salah satu kebudayaan atau kearifan lokal yang dapat ditemukan di Indonesia adalah budaya Moposad dan Moduduran, yang berasal dari Daerah Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara. Juga dikenal atau disebut sebagai Posad atau Mokodilu.

budaya ini dipercayai oleh masyarakat Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara sebagai sebuah petuah atau norma sosial yang bermakna untuk mendorong masyarakat daerah setempat untuk terus menolong satu sama lain dalam rangka menjaga keselarasan dan keserasian sosial yang dijalin antara sesama.

Pengaruh Moposad dan Moduduran sendiri mengacu kepada arah individualistik para warga setempat, yang dapat mereka terapkan dalam kehidupan sehari-harinya melalui tindakan-tindakan yang sederhana, mulai dari saling menolong sesama tetangga ataupun menolong sesama profesi (Contoh: Sesama Petani).

Pengaruh individualistik ini pada hakekatnya akan berdampak pada perkembangan komunal yang di kemudian hari terjadi secara kolektif bagi para warga setempat.

Hal ini berkorelasi pada esensi dasar yang sebenarnya dikembangkan dalam budaya Moposad dan Moduduran; yaitu bahwa masyarakat setempat didorong untuk terus menjalin hubungan tolong-menolong antara satu sama lain dalam bergotong royong menuju langkah dan hal yang lebih baik.

Halaman:

Editor: Tommy MI Pardede


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x