Dadang menilai, penolakan dari warga adalah karena kurangnya informasi dan edukasi dari pengembang (developer) kepada warga yang membeli rumah di kompleks tersebut.
Ia menyarankan agar warga dan pengembang bermusyawarah hingga dapat mencari solusi terbaik demi kemaslahatan seluruh pihak.
"Persoalan nanti ke Jalan Logam, atau ke Jalan Bojongsoang, itu solusi yang nanti disepakati," kata dia.
Sementara itu, Ketua Forum Komunikasi Warga Buah Batu Square Yuliant Sibaroni mengatakan kepada ANTARA bahwa warga di perumahan itu tidak diberi tahu sejak awal pembelian rumah bahwa akan ada jalan tembus dari kompleks lain ke wilayahnya itu.
Menurut Yuliat, kompleks perumahannya itu merupakan perumahan klaster yang eksklusif.
Sehingga rumah-rumah yang ada di kompleks itu pun tidak menggunakan pagar pembatas rumah.
Baca Juga: Bos Paramount Ervan Adi Nugroho Gandeng Jasamarga Dalam Pengembangan Properti di Barat Jakarta
Dengan adanya jalan tembus itu, menurutnya warga merasa dirugikan. Karena warga memilih membeli rumah di perumahan itu mencari kenyamanan sesuai dengan konsep yang ditawarkan pengembang.
"Kita awal beli rumah ini pun tidak ada informasi dari developer, tapi baru akhir tahun kemarin tiba-tiba ada informasi itu, jadi kita seperti dibohongi. Karena ketika jualan konsepnya tidak ada jalan tembus, karena klaster jadi tertutup dari luar," kata dia.
Pengembang perumahan BBS, Deden, mengatakan pihaknya pun kini masih mencari titik tengah untuk persoalan tersebut.