Pelaksanaan Festival Santet di Banyuwangi Masih Tarik Ulur, Ini Saran Disbudpar

- 10 Februari 2021, 10:33 WIB
ilustrasi santet
ilustrasi santet /pixabay/

BERITA SUBANG - Rencana pelaksanaan festival Santet yang bakal digelar oleh Organisasi Persatuan Dukun Nusantara ( Perdunu ) pada bulan Suro (Agustus-September) mendatang di Banyuwangi menimbulkan kegelisahan banyak kalangan

Tak kurang,  Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi akhirnya mengundang pengurus Perdunu untuk melakukan klarifikasi.

Perdunu diminta mengubah nama acara Festival Santet. Sebab, santet memiliki stigma negatif khususnya bagi masyarakat di luar Banyuwangi.

MY Bramuda, Kepala Disbudpar Banyuwangi berharap forum ini bisa mengakhiri polemik terkait Festival Santet.

“Kita dalam hal ini mendahulukan tabayun. Ini adalah cara Banyuwangi untuk menyelesaikan masalah. Insya Allah akan ada titik temu terbaik,” katanya.

Baca Juga: Ini Penjelasan Ahli Soal Amblas dan Retaknya Jalan Tol Cipali KM 122

Forum klarifikasi ini untuk menghindari fitnah dan prasangka buruk.

“Saya melihat ada niatan yang baik dari kawan-kawan Perdunu. Sebenarnya ini forum untuk tabayun. Ini juga sekaligus kita jelaskan bagaimana cara berorganisasi terutama masalah perizinannya, juga bagaimana cara festival. Termasuk juga menelaah istilah dukun, yang menjadi khazanah tidak baik yang disematkan pada organisasi ini,” kata Bramuda.

Ketua Umum Perdunu Gus Abdul Fatah Hasan memahami kegelisahan beberapa pihak. Lebih lanjut Gus Fatah menyampaikan, perubahan nama tersebut harus dibahas dalam forum internal organisasi, “Akan kita tindak lanjuti dalam rapat internal. Ditunggu dua tiga hari kedepan,” ujarnya.

Ketua MUI Banyuwangi, KH. Muhammad Yamin mengatakan, klarifikasi ini penting dilakukan sebagai bentuk tabayyun terkait keberadaan Perdunu serta meluruskan Festival Santet yang menjadi salah satu program kerjanya.

Terlebih, istilah santet tersebut sudah mendapat stigma negatif di masyarakat. Mengingat pada Tahun 1998 silam, Banyuwangi pernah diterpa isu santet yang mengakibatkan banyak korban berjatuhan.

Dari apa yang sudah dipaparkan Perdunu, sebenarnya tujuannya baik. Namun penggunaan istilah dukun dan santet menjadi polemic. "Pihaknya mengajak Perdunu Indonesia untuk kembali berpikir dan mempertahankan image Banyuwangi yang sudah bagus ini. ” kata kiai Yamin.

Baca Juga: 2021, Kasus positif Covid-19 Diperkirakan 1,7 Juta, Butuh Anggaran Negara Rp134,46 triliun

Latar Belakang Festival

Dewan Pembina Perdunu Gus Fahrur Rozi menjelaskan rencana pagelaran Festival Santet pada bulan Suro mendatang. "Festival Santet ini masih berupa usulan. Kebetulan saya yang mengusulkan," kata Gus Fahrur Rozi, Selasa 9 Februari 2021.

Menurut Gus Fahru, ada perbedaan mendasar antara santet dengan sihir. Santet menurut dia merupakan ilmu putih berupa pengasihan atau mahabbah dalam istilah agama Islam.

Sedangkan sihir merupakan ilmu hitam yang tujuannya untuk mencelakai orang. "Jadi berbeda. Santet dan sihir itu berbeda. Ini yang akan kita luruskan," kata Gus Fahru yang merupakan pimpinan padepokan di Alas Purwo.

Ia mengaku sering kedatangan tamu dari luar Banyuwangi. Hampir setiap tamu yang datang menanyakan kepadanya terkait santet. "Jadi kalau ngomong image Banyuwangi sebagai Kota Santet, sampai sekarang masih belum hilang. Namun yang diketahui orang luar, santet itu sama dengan sihir. Itu yang harus kita luruskan," tegasnya.

Kemudian, praktek perdukunan khususnya yang berkonotasi positif, menurut Gus Fahru, sudah menjadi kearifan lokal bagi masyarakat Banyuwangi. Seperti pengobatan alternatif dan lain sebagainya.

Baca Juga: Gletser Himalaya Longsor Picu Banjir, 140 Orang Dinyatakan Hilang

"Kalau kita berbicara kiai, kiai itu tugasnya mengajar ngaji masyarakat. Namun, banyak orang bawa anaknya yang nangis terus tapi tidak keluar air mata, datangnya ke kiai. Ada ibu bawa anaknya yang sudah besar tapi nggak nikah-nikah, datangnya ke kiai," ucapnya.

"Kalau ditinjau dari sisi itu, sebenarnya apa yang dilakukan kiyai sama dengan dukun. Nah inilah yang harus diluruskan. Tidak ada niatnya Perdunu menyakiti orang," imbuh Gus Fahru.

"Jadi hal-hal supranatural itu memang ada. Namun yang harus diperhatikan, semua itu hanyalah pelantaran. Karena semuanya datang dari Allah SWT. Inilah akidah yang akan kita luruskan," tegasnya.

Ketua MUI Banyuwangi, KH Muhammad Yamin mengatakan, mungkin benar istilah santet bagi masyarakat Banyuwangi berbeda dengan sihir. Namun, bagi masyarakat luar Banyuwangi, santet tidak lain adalah sihir.

"Namun secara nasional mereka tidak bisa membedakan santet dan sihir. Apalagi isu santet menjadi isu nasional pada tahun 1998. Ini akhirnya menjadi kontroversi," katanya.

"MUI sudah mengeluarkan fatwa yang melarang perdukunan," kata KH Muhammad Yamin.***

Editor: Tommy MI Pardede


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x