Harga CPO Tinggi Ditengah Lesunya Produksi Sawit, Gapki: Pengaruh Produksi Minyak Nabati Dunia

20 April 2022, 01:28 WIB
Pengurus Gapki silahturahmi bersama ditengah lesunya produksi sawit dan tingginya harga minyak goreng /Foto: beritasubang.com/Edward Panggabean

BERITA SUBANG - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) akui naiknya harga Crude Palm Oil (CPO) atau minyak goreng sawit, ternyata tidak membuat para pengusaha bahagia, meski banyak pihak menyebut para industri sawit mendapat rezeki nomplok ditengah disituasi saat ini.

Ketua Umum Gapki Joko Supriyono menegaskan persoalan minyak goreng dalam negeri diawali pada permintaan global dimana minyak nabati yang ketat ternyata tidak berbanding lurus dengan permintaan yang tinggi antara supply dan demand.

"Disisi lain ada pihak menyebut pelaku industri sawit dapat windfall, kita tak terlalu happy situasi ini, karena kelebihan justru kemana-mana. Padahal kita menghadapi situasi yang challenging (menantang) ditengah situasi global yang tidak pasti, ini membuat harga komoditas naik semua termasuk minyak nabati," tutur Joko saat buka bersama pengurus Gapki, Jakarta, Selasa 19 April 2022.

Baca Juga: Kejagung Beberkan Peran Indahsari Dirjen PLN Kemendag dan Bos Wilmar Pada Korupsi Ekspor CPO Migor

Dijelaskan dia kenaikan harga komoditas tak terlepas dari aspek supply dan demand dalam usaha minyak sawit hal itu bisa saja dipengaruhi dengan gagal panen, perang seperti terjadi antara Rusia dan Ukraina.

Karena itu Gapki akui masih tingginya harga minyak goreng hal itu dipicu lantaran lesunya produksi, ditengah harga rata-rata CPO CIF Rotterdam dan crude palm kernel oil (C-PKO) pada Februari 2022 yang tinggi produksinya per ton.

Sementara, Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono mengatakan pada bulan Februari 2022 mencapai 1.522 Dollar Amerika per ton, atau 164 Dollar Amerika lebih tinggi dari harga bulan Januari sebesar 1.358 Dollar Amerika per ton, atau 469 Dollar Amerika lebih tinggi dibandingkan harga di bulan Februari 2021 yang mencapai 1.053 Dollar Amerika per ton.

"Harga KPBN FOB untuk Februari adalah Rp15.532 per kilogram berbanding Rp14.811 di bulan Januari," kata Mukti dalam keterangannya.

Baca Juga: Soal Kelangkaan Minyak Goreng, Mendag M Lutfi: 'Mafia Minyak Goreng Manusia Rakus dan Jahat!', Cek Harga Migor

Menurutnya, harga yang tinggi tersebut disebabkan oleh produksi minyak nabati dunia yang tidak seperti diharapkan terutama untuk kedelai di Amerika Selatan. Produksi CPO Indonesia pada Februari 2022 diperkirakan sebesar 3.505 ribu ton dan PKO sebesar 302 ribu ton yang lebih rendah dari produksi bulan Januari sebesar 3.863 ribu ton untuk CPO dan 365 ribu ton untuk PKO karena faktor musiman.

"Harga yang sangat tinggi berdampak pada konsumsi dan ekspor. Konsumsi dalam negeri untuk pangan bulan Februari 2022 sebesar 489 ribu ton adalah 17,3 persen lebih rendah dari bulan Januari sebesar 591 ribu ton. Konsumsi oleokimia bulan Februari sebesar 178 ribu ton dan biodiesel 710 ribu ton yang dibandingkan dengan konsumsi Januari masing-masing turun sebesar 2,7 persen dan 3 persen," tuturnya.

Dijelaskan Mukti, total ekspor sawit bulan Februari mencapai 2.098 ribu ton adalah lebih rendah dibandingkan dengan bulan Januari 2.179 ribu ton atau minus 3,7 persen sehingga walaupun harga bergerak naik, nilai ekspor minyak sawit bulan Februari yang mencapai 2.799 juta Dollar Amerika, lebih rendah 0,6 persen dari nilai bulan Januari sebesar 2.816 juta Dollar Amerika.

Baca Juga: Sudah Cair, Ini Cara Cek Penerima BLT Minyak Goreng RP300 Ribu di Cek Bansos Kemensos

"Penurunan ekspor yang besar terjadi untuk tujuan Afrika sebesar 153,3 ribu ton dari 278,1 ribu ton di bulan Januari menjadi 134,7 di bulan Februari minus 54 persen," ucapnya.

Ditekankan Mukti penurunan cukup besar juga terjadi untuk tujuan Filipina sebesar minus 55 persen dari 63,8 ribu ton di bulan Januari menjadi 28,7 ribu ton di bulan Februari.

"Ekspor untuk tujuan Rusia turun 7,8 persen dari 69,6 ribu ton pada Januari menjadi 64,2 ribu ton pada Februari," tuturnya.

Lanjutnya, ekspor ke Ukraina fluktuatif dengan rata-rata bulanan pada 2021 sebesar 25 ribu ton. Pada Januari 2022, ekspor ke Ukraina turun menjadi hanya 256 ton sedangkan pada Februari pulih dan mencapai 15,28 ribu ton.

Baca Juga: Kejagung Tetapkan Dirjen PLN Kemendag Indrasari dan Bos Wilmar Grup Tersangka Korupsi Ekspor Minyak Goreng

"Sementara, ekspor untuk tujuan Belanda, China, India, Bangladesh dan Malaysia naik cukup besar. Ekspor ke Belanda di bulan Februai mencapai 184,41 ribu ton naik dari 128,27 ribu pada Januari plus 42,21 persen sedang untuk China mencapai 240,3
ribu ton naik dari 197,4 ribu ton atau plus 21,7 persen, untuk India mencapai 290,2 ribu ton naik dari 249,9 ribu ton atau plus 16,12 persen," paparnya.

Sedangkan untuk Bangladesh mencapai 126,0 ribu ton naik dari 87,6 ribu ton atau plus 43,9 persen dan untuk Malaysia mencapai 229,5 ribu ton naik dari 180,4 ribu ton plus 27,2 persen.

"BMKG memperkirakan cuaca sepanjang 2022 akan normal, tetapi situasi geopolitik menimbulkan berbagai ketidakpastian, sehingga meningkatkan upaya efisiensi dan produktivitas merupakan tindakan bijak yang harus dipertahankan," tandasnya.***

 

 

 

 

Editor: Edward Panggabean

Tags

Terkini

Terpopuler