Menuju Zero Stunting Atasi Masalah Gagal Tumbuh, Dokter Carmen Edukasi Kader Posyandu Sukaresmi Kota Bogor

- 19 Januari 2022, 23:47 WIB
Disksui Pemberdayaan Masyarakat terkait penurunan stunting di Perumahan Graha Grande, Kota Bogor
Disksui Pemberdayaan Masyarakat terkait penurunan stunting di Perumahan Graha Grande, Kota Bogor /Foto: beritasubang.com/Tim Poayandu Grande 08

BERITA SUBANG - Pemerintah Indonesia tengah dihadapi tantangan di berbagai sektor yang urung teratasi, diantaranya adalah masalah kesehatan, khususnya pada anak, dalam penanggulangan gizi buruk dan stunting atau gagal tumbuh.

Ketua pendiri Komunitas Asa Hari Depan (AHaD) DR.dr. Carmen Siagian.,M.S.,SpGK yang juga ahli gizi klinik mengatakan guna menanggulangi anak gagal tumbuh atau stunting, pemerintah perlu melakukan Revolusi Milenial Menuju Zero Stunting, terutama pemberian gizi seimbang di masa pandemi Covid 19 ini.

"Jadi pencegahan tidak hanya bagi ibu hamil saja, mulai dari anak remaja putri sudah harus dibekali pengetahuan akan stunting, ini untuk menuju zero stunting," kata dokter Carmen Siagian dalam diskusi Pemberdayaan Masyarakat bersama Posyandu dan Posbindu Perumahan Grande, Sukaresmi, Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu 19 Januari 2022.

Baca Juga: Wakil Bupati Subang Kang Akur Harap Puskesmas di Masing-masing Kecamatan Kerjasama Turunkan Stunting

Kata dia bila stunting tidak ditangani segera mungkin, ini akan menjadi ancaman terhadap kualitas manusia Indonesia dimasa mendatang, terutama terhadap kemampuan daya saing. Jadi, penurunan angka stunting tentu bukan menjadi tanggung jawab satu instansi, tapi semua pihak.

"Karena mereka akan tumbuh besar dan bakal calon pemimpin di masa depan, karena itu target goals manusia unggul 2045, dan saat ini pemerintah tengah mencanangkan target penurunan angka balita stunting menjadi 14 persen pada tahun 2024, agar keluar dari kasus stunting," ungkap peneliti ahli gizi klinik tersebut.

Dokter Carmen Siagian menjelaskan dampak stunting akan menurunkan kemampuan motorik, fisik dan intelektual anak. Pasalnya stunting berhubungan dengan pertumbuhan otak. Sebabnya mulai dari usia nol bulan sampai dua tahun sang anak harus dideteksi.

"Kalau pertumbuhan otak berkurang maka IQ -  nya turun tidak mencapai maksimal, maka akan berdampak pada ekonominya, dan bonus demografi akan sulit untuk tembus dalam pembangunan manusia yang unggul berdaya saing, jika tidak diantisipasi dari sekarang ini," tuturnya.

Baca Juga: Presiden Jokowi Instruksikan untuk Menyiapkan Kebutuhan SDM Digital untuk Perkuat Ekosistem Ekonomi Digital

Alumni bergelar Doktor dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu mengapresiasi langkah pemerintah Kota Bogor yang tanggap untuk menurunkan angka stunting diwilayahnya. Bahkan dirinya memuji Pemkot Bogor yang menargetkan penurunan stunting diangka 10 persen bahkan 7 persen hingga tahun 2024.

"Ini luar biasa kerja bagus pemerintah Kota Bogor sudah melangkah duluan, target konsentrasi penurunan angka stunting hingga 7,44 persen. Sementara pemerintah pusat target 14 persen. Walikota dan jajaran Dinkesnya jeli melihat ini," ucapnya.

Karena itu dokter Carmen Siagian menghimbau kepada kader posyandu dan posbindu sebagai garda terdepan ikut membantu program tersebut, karena penurunan stunting ini bukan masalah pemerintah saja, tapi masyarakat Indonesia.

"Sebabnya untuk mencapai zero stunting, sedini mungkin diberi edukasi kepada remaja putri kita, karena mereka bakal menjadi ibu, ayo mari beri makanan gizi sehat yang cukup," imbau Dosen Fakultas Kedokteran UKI ini.

Baca Juga: Kota Bogor Perkuat Tata Kelola Pemerintahan Inklusif Menuju Kota HAM

Dia menambahkan dalam menanggulangi stunting perlu diingat program 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yang dimulai sejak dari fase kehamilan, 270 hari, hingga ditambahkan ketika anak lahir dari usia nol tahun hingga berusia 2 tahun atau 730 hari.

Sementara Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Bogor dr. Siti Robiah Mubarokah yang hadir ditengah diskusi bersama kader posyandu Kelurahan Sukaresmi ini menambahkan angka penurunan stunting di Kota Bogor tahun 2021 mencapai 10 persen, .

"Data dari Pusat Statistik Agustus 2021 angka stunting di 12 kelurahan lokus mengalami penurunan, ada dua kelurahan masih di atas 10 persen, dan diharapkan penerunan percepatan lebih digalakan," ucap dokter Siti Robiah ini.

Dia menjelaskan setidaknya ada 84 ribu balita di Kota Bogor, yang kena stunting sekitar 5,392 anak balita terdiri dari anak pendek dan sangat pendek, untuk kecamatan Tanah Sareal dari 11 kelurahan ada empat kelurahan ditemukan angka stunting diatas 10 persen.

"Sementara di Kelurahan Sukaresmi menurut informasi, setidaknya ditemukan 41 anak yang berstatus stunting atau sekitar 4,5 persen, itu paling rendah. Jadi, Sukaresmi tidak termasuk diatas 10 persen," tuturnya.

Baca Juga: Warga Bogor Diminta Waspada Potensi Hujan Sepanjang Hari

Kendati demikian kata Siti Robiah untuk menuju zero stunting di Kota Bogor, pemerintah tetap melakukan upaya pencegahan dengan pendekatan intervensi yang spesifik mulai dari pemenuhan gizi kepada remaja perempuan, ibu hamil dan menyusui.

"Remaja selalu diingatkan dengan gizi seimbang, juga kader posyandu keliling memberikan penambahan darah dilingkungan kader posyandu tersebut," ungkapnya.

Nah, lanjut dia untuk mencegah dan menurunkan kejadian stunting pemerintah Kota Bogor telah meluncurkan program Taleus Bogor, dimana tanggap leungitkeun stunting. Inovasi Taleus Bogor itu sebagai upaya menurunkan angka anemia kepada remaja putri, edukasi kepada calon pengantin tentang 1000 HPK, pemberian ASI ekslusif, makan bayi dan anak, serta pengetahuan gizi seimbang.

Sedangkan Ketua PAC Partai Gerindra Tanah Sareal Hj. Siti Hadijah mengapresiasi atas kegiatan pemberdayaan masyarakat terkait penurunan angka stunting dan penambah gizi anak. Ini merupakan langkah baik, agar masa depan anak terjamin secara ekonomi. Karena untuk menuju pembangunan manusia unggul, salah satunya pengembangan pola pikir dalam tumbuh kembang anak, yang diberikan sejak sedini mungkin.

"Sebuah inovasi bagus kepada ibu-ibu kader posyandu dan posbindu Perumahan Graha Grande dalam hal edukasi. Karena untuk menurunkan angka stunting minimal dilingkungan kita, karena kita akan menuju SDM yang unggul, perlunya kecerdasan selain fisik yang sehat melalui asupan gizi. Dan, ini juga berkaitan untuk memperkuat ketahanan pangan. Saya mengajak mari kita bahu membahu ikut terlibat dalam penurunan angka stunting ini," imbuhnya.

Pada kegiatan diskusi bersama dokter Carmel dan dokter Siti Robiah dimoderatori oleh Bivi Edward P, juga dilakukan penimbangan, imunisasi bayi dan balita, juga pemeriksaan ibu hamil, pemberian gizi kepada balita serta pemeriksaan kesehatan tahap I bagi usia remaja dan lansia kepada warga Sukaresmi, Kota Bogor.***

Editor: Edward Panggabean


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x