Gomar Gultom Menangis Ketika Wisma PGI Guest House Mau di Jual, Bagaimana Dengan RS Cikini?

- 2 Juli 2021, 11:38 WIB
Pdt. Gilbert Lumoindong (kiri) dan Pdt. Gomar Gultom (kanan) wawancara zoom meeting.
Pdt. Gilbert Lumoindong (kiri) dan Pdt. Gomar Gultom (kanan) wawancara zoom meeting. /Foto: Tangkaplayar YouTube Gilbert Lumoindong/

BERITA SUBANG - Tahun 2015 tidak lah mudah bagi sosok Gomar Gultom saat itu masih menjabat sebagai Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) untuk mematahkan para pimpinan gereja agar tidak menjual aset, salah satunya Wisma PGI Guest House di kawasan Menteng, Jakarta. Lalu bagaimana dengan RS Cikini apakah berniat dijual atau?...

Gomar Gultom yang kini menjabat sebagai Ketua Umum PGI pun bercerita seperti dikutip dari kanal YouTube Gilbert Lumoindong #kamuhebat saat wawancara terkait 'RS PGI Cikini mau dijual secara diam-diam?'.

Gomar Gultom mengatakan ketika itu sidang Majelis Pekerja Lengkap (MPL) PGI di Salatiga, Jawa Tengah, 2015 silam memutuskan untuk menjual Wisma PGI Guest House di kawasan Jalan Tengku Umar, Gondangdia, Menteng, Jakarta yang dikelola Yayasan Oikumene PGI, namun ditolaknya.

"Saya beri contoh saat persidangan PGI di Salatiga, ketika pemaparan keuangan PGI begitu mengharubirukan, bukan karena terlalu banyak (uang), tapi tidak mampu membayar program dan operasional," kata Gomar Gultom seperti dikutip beritasubang.pikiran-rakyat.com, Jakarta, Jumat, 2 Juli 2021.

Lalu, kata dia, sidang MPL PGI menerima rekomendasi dari Yayasan Oikumene PGI yang mengelola Guest House di Tengku Umar, Jakarta itu mengusulkan untuk menjual, harganya melampaui harga pasar, karena kawasan yang diminati investor, bahkan berapa pun mau dibayar oleh pembeli saat itu yang ditaksir sebesar Rp.600 miliar.

Baca Juga: PGI Terbuka Soal Kepemilikan RS Cikini, Ini Klarifikasi Gomar Gultom Atas Perjanjian Primaya Hospital

"Pada saat itu sidang kelompok sudah putuskan jual, ketika di pleno dipersentasikan hampir semua diam. Tiba-tiba saya ngomong bagian dari sekretaris persidangan," ujarnya.

"Saat itu saya sekretaris umum PGI merangkap Sekretaris persidangan MPL, saya katakan kepada pimpinan gereja waktu itu menjual Guest House Tengku Umar akan menghilangkan sejarah, bahwa gereja pernah memiliki aset di Pusat kekuasaan Indonesia," sambung dia bercerita.

Menurutnya saat itu, kawaan jalan Tengku Umar itu adalah simbol dari daerah kekuasaan, karena bertetangga dengan tokoh-tokoh nasional, sebut saja mantan Presiden Soeharto, mantan Presiden Megawati, para Menteri-menteri, lalu bertetangga dengan para jenderal-jenderal.

Halaman:

Editor: Edward Panggabean


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x