Amal Saleh Mengisi Kegiatan Bulan Ramadhan

- 21 April 2021, 19:34 WIB
Memperbanyak bacaan Al Quran dapat dilakukan di Bulan Ramadhan
Memperbanyak bacaan Al Quran dapat dilakukan di Bulan Ramadhan /Berita Subang/Aahamzah/

 

BERITA SUBANG - Selain berpuasa wajib Bulan Ramadhan memiliki keistimewaan sendiri ketika diisi dengan berbagai amal saleh.

Pelaksanaan amal saleh tentu dapat memotivasi upaya peningkatan kualitas keimanan, ketakwaan dan amaliah diri menjadi lebih baik.

Guna mengisi kegiatan pada Bulan Ramadhan ini semua amalan baik menurut tuntunan syari’at, atau baik menurut adat kebiasaan masyarakat yang tidak bertentangan dengan syari’at agama bisa dilakukan mengharap ridho dan pahala dari Alloh Ta’ala.

Artikel berikut dibawah ini bisa menjadi rujukan kita dalam beramal saleh.

Seringkan Membaca Al Quran

Al-Qur’an pertama kali diturunkan pada Bulan Ramadhan, disunnahkan memperbanyak bacaannya.

Baca Juga: KOAS Jawa Barat Digelar Melalui BUBOS Ramadhan Jaring Anak Berbakat

Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اقرؤا القرآن فإنه يأتي يوم القيامة شفيعا لأصابه

“Bacalah oleh kalian Al Quran, karena Al Quran itu akan datang pada hari kiamat nanti sebagai pemberi syafaat (penolong/pembela) bagi orang yang membacanya.”

(HR Imam Muslim no. 804 dari Abu Umamah rodhiyallohu ‘anhu)

Riwayat Ibnu Abbas rodhiyallohu anhuma mengatakan:

“Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam itu adalah orang yang paling pemurah/dermawan diantara manusia. Beliau lebih pemurah lagi saat Bulan Ramadhan, yakni ketika berjumpa dengan malaikat Jibril.

Dahulu Jibril menghampiri Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam setiap malam di Bulan Ramadhan, untuk bertadarrus (memaparkan) Al Quran pada beliau.

Dan sungguh ketika berjumpa dengan Jibril, Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam itu adalah lebih pemurah dalam melakukan kebaikan daripada angin yang berhembus.”

(HR Imam Al-Bukhori no. 6 dan Imam Muslim no. 2308)

Lebih Banyak Bersedekah dan infak 

Sedekah dan infak merupakan amalan yang sangat dianjurkan di Bulan Ramadhan, terutama memberikan makanan saat berbuka puasa. 

Baca Juga: Lima Jenis Rekening Tabungan yang Dapat Meningkatkan Kekayaan

Diriwayatkan Zaid bin Kholid Al-Juhany rodhiyallohu anhu, Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :

من فطر صائما كان له مثل أجره غير أنه لا ينقص من أجر الصائم شيء

“Barangsiapa memberikan makanan berbuka puasa bagi orang yang berpuasa, maka dia mendapat pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun.”

(HR Imam At-Tirmidzi no. 807, dan beliau berkata : “Hadits ini Hasan Shohih.” Dishohihkan pula oleh Syaikh Al-Albani rohimahulloh dalam Hidayatur Ruwah (2/323), beliau berkata : “(Ya, shohih) seperti yang beliau (Imam At-Tirmidzi) katakan.”)

Melaksanakan Shalat Malam (Tarawih)

Keutamaan shalat malam dijelaskan Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anhu bahwa Rosululoh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :

من قام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه

“Barangsiapa bangun/mendirikan sholat malam di bulan Romadhon karena Iman dan Ihtisab (mengharap pahala kepada Alloh), akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”

(HR Imam Al-Bukhori no. 2008 dan Imam Muslim no. 759)

Baca Juga: Luncurkan Aplikasi CMS Patch 1.5.0, Jampidum Target Selesaikan 1000 Perkara Pidum Melalui Restorative Justice

Dalam lafadz Imam Muslim, juga dalam hadits Abu Huroiroh, menerangkan keutamaan shalat tarawih. Dikatakan:

“Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam memberi semangat kepada kami untuk bangun sholat malam di Bulan Ramadhan, tetapi tanpa memerintah kami dengan mengharuskan/mewajibkannya, beliau bersabda :

Barangsiapa bangun/mendirikan sholat malam di Bulan Ramadhan karena iman dan ihtisab (mengharap pahala kepada Alloh), akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”

(HR Imam Muslim no. 759)

Dijelaskan hadits Amru bin Murroh Al-Juhany rodhiyallohu ‘anhu:

“Salah seorang laki-laki dari Qudho’ah mendatangi Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, lalu dia bertanya : “Wahai Rosululloh, apa pendapat anda bila aku telah bersyahadat laa ilaaha illalloh (tidak ada Ilah/sesembahan yang haq kecuali Allah), dan (bersaksi pula bahwa) anda itu adalah Rosululloh (utusan Allah), dan aku juga melakukan sholat lima waktu, aku berpuasa pada Bulan Ramadhan, dan aku juga bangun (sholat lail) di Bulan Ramadhan itu, serta aku menunaikan zakat?”

Baca Juga: Dukung Gubernur Jabar, Bupati Subang Siap Sinergi Wujudkan Petani Milenial Tingkatkan Sektor Pertanian

Maka Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Barangsiapa mati di atas perkara ini (semua), maka dia termasuk golongan para Shiddiqin (orang-orang yang jujur/benar imannya) dan golongan para Syuhada’ (orang-orang yang mati syahid).”

(HR Imam Ibnu Khuzaimah dalam Shohih-nya (3/340) no. 2262 dan Ibnu Hibban dalam Shohih-nya, dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani rohimahulloh dalam Shohih At-Targib wat Tarhib (1/419) no. 993)

Hadits diriwayatkan Abu Dzar rodhiyallohu anhu menuturkan:

“Kami berpuasa Romadhon bersama Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam. Maka beliau tidak shalat (tarawih) sedikitpun bersama kami dari bulan itu hingga (Ramadhan) tersisa 7 hari (malam ke-23 Ramadhan)."

"Lalu beliau mengimami kami (shalat tarawih) sampai lewat sepertiga (awal) malam. Tatkala tinggal 6 hari (malam ke-24), beliau tidak melakukannya."

"Kemudian ketika tinggal 5 hari (malam ke-25 Ramadhan), beliau mengimami kami lagi sampai lewat pertengahan malam."

"Maka aku katakan pada beliau: Wahai Rosululloh, seandainya saja anda menambahkan (sholat untuk kami) sampai semalam penuh ?"

Baca Juga: Rumania Mengesahkan Rencana Undang Undang yang Dapat Menghalangi Huawei Mengembangkan Jaringan 5G-nya

"Maka beliau bersabda:

إن الرجل إذا صلى مع الإمام حتى ينصرف حسب له قيام ليلة

Sesungguhnya apabila seseorang itu sholat bersama imamnya sampai selesai, akan dihitung baginya telah sholat semalam suntuk (semalam penuh).”

"Kemudian ketika tinggal 4 hari (malam ke-26), beliau tidak melakukannya lagi."

"Lalu ketika (Ramadhan) tinggal 3 hari (malam ke-27), maka beliau kumpulkan keluarganya, istri-istrinya dan orang-orang lainnya, lalu mengimami kami, hingga kami merasa takut kelewatan “al-falah.”

"Lalu perawi hadits ini bertanya kepada Abu Dzar: 'Apakah Al Falah itu ?' Dia menjawab: (yakni) makan sahur.' Setelah itu beliau tidak mengimami lagi dari sisa hari Bulan Romadhan tersebut.”

(HR Ashabus Sunan dan yang lainnya, dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani rohimahulloh dalam Shohih Abi Dawud no. 1245 dan Sholat Tarowih hal. 16-17)

Semoga Alloh Ta’ala memberikan kekuatan pada kita mampu menunaikan puasa wajib Ramadhan hingga menjadi hamba-Nya yang bertakwa. Aamiin.***

Editor: Tommy MI Pardede

Sumber: Disadur dari Akhukum fillah, Abu Abdirrohman Yoyok WN Sby


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah