BERITA SUBANG - Ahli Kriminologi Universitas Pasundan, Bandung, Yesmil Anwar menilai, ada sejumlah kejanggalan terkait sketsa pelaku pembunuhan ibu dan anak di Subang. Salah satu adalah pengambilan sketsa wajah pelaku dari bagian belakang tubuh terduga pelaku.
“Biasanya sketsa wajah pelaku digambar tampak depan.Sketsa ini agak janggal karena digambar tampak belakang. Bisa saja ini mungkin rekaman CCTV atau dari sumber lain. Hanya saja, bagi saya sketsanya belum punya nilai signifikan untuk dijadikan penambahan alat bukti,” kata Yesmil Anwar.
Menurut Yesmil Anwar, melalui sketsa tampak belakang sepertinya terdapat keragu-raguan dari aparat terkait dugaan pelaku. “Hasilnya, khalayak menduga bahwa gambar dalam sketsa ini belum final dan baru sebatas spekulasi.” Kata Yesmil Anwar.
Baca Juga: Titik Terang Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang Mulai Terkuak, Ini Ciri ciri Pelaku
Yesmil Anwar berpendapat, sketsa wajah pelaku belum dapat mengarah menjadi bukti konkret yang kuat.
“Sepertinya ada keragu-raguan dari pihak kepolisian karena mereka menyadari alat buktinya masih kurang, sehingga belum merasa nyaman untuk menentukan pasal berapa dan orangnya. Siapa, bagaimana kejadiannya apakah dia kerja sendiri atau menyuruh orang lain,” kata Yesmil Anwar.
Pernyataan senada dikemukakan Pakar hukum pidana dari Universitas Parahyangan, Agustinus Pohan.
Baca Juga: Ahok Diungggulkan Kembali Pimpin Jakarta
Agustinus menilai sulit untuk menduga pelaku pembunuh ibu dan anak di Subang.
Sebab, sketsa wajah pelaku itu hanya memperlihatkan terduga dari belakang atau samping dan bukan dari depan. Sketsa wajah pelaku mungkin bisa membantu, tetapi jangan salah, kalau itu tidak tepat bisa menyesatkan.
"Selain itu, apa betul daya ingat orang itu benar-benar detail, terkait lekuk-lekuk dari muka terduga?,” ungkap Agustinus seperti dilansir DeskJabar.com, Jumat 31 Desember 2021.
Agustinus mengingatkan, bahwa yang harus dicari polisi untuk menemukan pelaku pembunuh ibu dan anak di Subang itu adalah motifnya.
Sebab seseorang ketika akan melakukan kejahatan itu tidak dia melakukan begitu saja, melainkan ada motif yang mendasarinya.***