2021, B30 Tingkatkan 12 Persen Serapan Sawit di Pasar Domestik

- 5 Desember 2020, 10:52 WIB
Togar Sitanggang, Wakil Ketua Umum  GAPKI
Togar Sitanggang, Wakil Ketua Umum GAPKI /IPOC Official

BERITA SUBANG - Produksi minyak sawit mentah (CPO) hingga akhir 2020 diprediksi naik tipis 0,43% dari 47,18 juta ton pada 2019 menjadi 47,41 juta ton. Sementara itu, penyerapan minyak sawit untuk biodiesel diperkirakan mencapai 7,2 juta ton sampai akhir tahun ini.

Hal tersebut disampaikan Togar Sitanggang, Wakil Ketua Umum III GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia), pada Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2020 yang diselenggarakan secara virtual pada Kamis, (8/12).

Dari data GAPKI, kata Togar, penggunaan minyak sawit untuk industri oleochemical mendominasi konsumsi domestik yaitu sekitar 1,57 juta ton meningkat 48,96% dari tahun 2019. “Hal ini didorong permintaan pasar untuk bahan baku sabun serta pembersih lainnya yang meningkat selama pandemi Covid-19,” katanya.

Sementara itu permintaan minyak sawit untuk industri makanan mengalami penurunan akibat kebijakan pembatasan sosial berskala besar sehingga restaurant dan hotel banyak yang menutup operasinya pada tahun 2020.

 Baca Juga: Pietro Paginini Ingatkan Kampanye Negatif Palm Oil Free Masih Warnai Pasar Uni Eropa Tahun Depan

Togar juga menyampaikan analisisnya terkait program mandatori biodiesel B30. Meskipun pemerintah telah menaikkan levy (pungutan ekspor) namun karena pasar ekspor yang masih melemah, dana dari pungutan ekspor belum tentu maksimal.

 Hingga September 2020, GAPKI mencatat total ekspor minyak sawit Indonesia mencapai 24,08 juta ton dengan nilai ekspor mencapai USD 15,49 miliar. Tiongkok masih menjadi negara tujuan ekspor utama bagi Indonesia.

 Togar Sitanggang mengharapkan pemulihan permintaan minyak sawit di Tiongkok pada 2021 seiring dengan pemulihan ekonomi paska Covid-19. Sebelumnya, penurunan permintaan di Tiongkok terjadi pada bulan Maret 2020 akibat penutupan akses beberapa pelabuhan namun ekspor perlahan meningkat pada Juli 2020.

 Baca Juga: Kadin Ingatkan Sebagai Sektor Padat Karya Sawit Dorong Kesejahteraan Masyarakat

Memasuki tahun 2021, Togar memproyeksikan akan terjadi kenaikan terhadap kinerja sawit jika vaksin didistribusikan dengan baik.

“Diperkirakan produksi miyak sawit meningkat sekitar 3,5% dan konsumsi industri makanan meningkat sekitar 2,5%. Sementara kinerja ekspor sawit akan sangat bergantung terhadap kondisi ekonomi global, namun diperkirakan akan meningkat hingga 11,5% jika kondisi ekonomi mulai berangsur pulih,” katanya.

 Togar menuturkan jika pemerintah memutuskan untuk melanjutkan mandatori B30 di tahun 2021, maka akan ada peningkatan konsumsi sekitar 12% dan mendorong harga minyak sawit menjadi 750-850 USD/mt. Tetapi jika Indonesia kembali kepada B20 maka akan ada penurunan konsumsi sekitar -25%, yang diperikaran akan membentuk harga sawit di kisaran 600-700 USD/mt.

Togar Sitanggang mengungkapkan Afrika merupakan pangsa pasar menarik. Meskipun tidak signifikan, volume ekspor minyak sawit ke Afrika terus meningkat secara konsisten setiap tahunnya. Menurutnya, Afrika memiliki potensi pasar yang baik bagi industri sawit Indonesia.

Baca Juga: Polisi Ingatkan Rizieq Cukup Didampingi Pengacara Saja, Tidak Perlu Ajak Simpatisan

Founder 3XG UK Consulting Ltd Abah Ofan menyetujui hal tersebut. Menurutnya, Afrika merupakan pangsa pasar yang baik bagi indutri sawit di Indonesia terutama di Kenya dan Tanzania. Abah Ofan juga mengungkapkan permintaan pasar akan minyak nabati di Afrika sangatlah tinggi, sehingga minyak sawit memiliki potensi tinggi untuk memenuhi kebutuhan ini.

Dikarenakan strategi pendekatan yang dimiliki oleh Afrika telah bergeser, Abah Ofan menganjurkan untuk menggandeng pasar Afrika, Indonesia perlu melakukan pendekatan value chain dan membangun kemitraan melalui pembangunan teknologi.***

 

Editor: Tommy MI Pardede


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah