Apa Kata Alkitab Tentang LGBT, Belajar Dari Kegagalan Lot

- 24 Mei 2022, 09:03 WIB
Kedubes Inggris Pasang Bendera LGBT, Publik Tuding Tak Menghormati Negara Indonesia
Kedubes Inggris Pasang Bendera LGBT, Publik Tuding Tak Menghormati Negara Indonesia /Pixabay

BERITA SUBANG – Pengibaran  bendera pelangi yang menjadi lambang dan dukungan bagi lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) masih menjadi pro dan kontra hingga hari ini

Pro dan kontra LGBT sebenarnya bukan baru ada dalam beberapa waktu belakangan ini. LGBTyang lekat dengan pemahaman homoseksual atau hubungan sesama jenis telah jadi kontroversi sejak dunia ini ada.

Di banyak negara terutama penganut paham kebebasan dan HAM seperti negara-negara di Eropa sudah banyak melegalkannya.  

Baca Juga: LGBT Dijauhi atau Kompromi, Ini Saran Pendeta Gilbert Lumoindong

Hanya saja di Indonesia LGBT masih dianggap sebagai perilaku tabu, baik secara sosial maupun agama.

Tapi tahukah Anda bahwa hubungan sesama jenis tercatat dalam Alkitab sejak ribuan tahun lalu. Seperti apa Fakta Alkitab tentang Homoseksual dan LGBT?

Dalam Kejadian pasal 19 adalah bagian Alkitab Perjanjian Lama yang menggambarkan adanya perilaku LGBT. Kisah dalam pasal ini berkaitan dengan Lot dengan orang-orang Sodom dan Gomora.

Saat itu, orang-orang Sodom mengatakan kepada Lot bahwa mereka ingin “mengenal” dua orang tamu yang Lot sebut sebagai “tuan-tuan” (Kej. 19:2).

 Baca Juga: Pasang Bendera LGBT, Pakar: Kedubes Inggris Perkeruh Kehidupan Politik di Indonesia

Namun demikian yang dimaksudkan mereka bukanlah sekedar ingin mengenal dalam pengertian umum, namun istilah tersebut digunakan untuk memperlihatkan keinginan mereka untuk melakukan hubungan seksual.

Kesimpulan ini didukung oleh beberapa fakta. Pertama, Lot mendesak dua orang tamunya untuk menginap di rumahnya karena Lot tahu apa yang akan terjadi jika mereka tidak dilindungi. 

Kedua: tindakan Lot yang meminta orang-orang Sodom menyetubuhi anak-anaknya memperlihatkan bahwa Lot tahu bahwa yang diinginkan orang-orang Sodom adalah persetubuhan sesama jenis.

Dari peristiwa inilah muncul istilah sodomi, istilah ini terutama menunjuk kepada homoseksualitas dan nafsu homoseks.

 

Perjanjian Baru Tentang LGBT

Mengutip situs jawaban.com, Alkitab tidak pernah bungkam terhadap isu LGBT l masa kini. Sebab dalam sepanjang masa Alkitab bermanfaat untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran (2 Tim. 3:16).

Perilaku LGBT, baik yang didasarkan atas paksaan, bayaran ataupun “suka sama suka” dipandang sebagai pelanggaran moral atau dosa.

Hal ini sangat jelas disampaikan dalam Perjanjian Baru. Dalam 1 Korintus 6:9-10, Rasul Paulus berkata bahwa seorang pemburit tidak akan masuk dalam Kerajaan Allah.

Pemburit berasal dari kata semburit yang berarti persetubuhan sesama lelaki.

Paulus juga menekankan hal ini dalam Roma 1:26-27. Pandangan Paulus terhadap persoalan LGBT sejajar dengan etika Perjanjian Lama yang didasarkan atas tradisi pernikahan/

Dalam Kejadian 2:24, pernikahan dan persetubuhan didesain Tuhan hanya dalam hubungan laki-laki dan perempuan.

Pembahasan LGBT penting untuk dibahas Paulus, sebab Paulus adalah seorang Kristen yang mengenal dan hidup dalam budaya Yahudi, Yunani dan Romawi, serta mengerti betul cara pandang budaya-budaya tersebut.

Kebanyakan jemaat yang dilayani Paulus pun adalah orang-orang Yunani-Romawi, sehingga penting baginya untuk menyampaikan perihal penolakan akan LGBT dalam pengajarannya.

 

Perilaku LGBT Bukan dari Allah

Dalam Alkitab, teks tentang penciptaan seks dan gender diambil dari Kejadian 1:27 "Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.”

Kesimpulan sederhana dalam ayat ini adalah yang bisa melangsungkan hubungan kelamin hanyalah laki-laki dan perempuan.

Alkitab menyatakan bahwa tujuan Allah menciptakan laki-laki dan perempuan karena tidak baik seorang manusia hanya seorang diri.

Oleh karena itu laki-laki diciptakan untuk mempunyai relasi seksual dengan wanita atau istrinya, begitu juga sebaliknya.

Dalam lingkungan Yahudi kuno, mandat budaya ini mewajibkan semua orang menikah secara heteroseksual, dan dalam konteks ini, seluruh penodaan seksual di dipandang sebagai dosa, yang salah satunya mencakup hubungan sejenis (Imamat 18:22, 20:13).

 

Bagi orang Yahudi, menikah untuk memiliki keturunan adalah kewajiban sesuai mandat penciptaan.

Para rabi pun mengajarkan bahwa adalah tugas setiap orang Israel untuk memiliki anak.

Sesuai perintah penciptaan maka Tuhan menghendaki manusia berpasangan antara laki-laki dan perempuan, yang dipersatukan oleh Allah dalam pernikahan dengan tujuan memiliki keturunan. Sehingga dipastikan bahwa perilaku LGBT tidak diciptakan oleh Allah.

Kejadian 2:24 dijadikan sebagai dasar pembenaran terhadap pandangan yang mengatakan bahwa tidak ada orang tercipta sebagai homoseksual.

LGBT bertentangan atau berlawanan dengan tujuan utama Sang Pencipta mengenai seksualitas manusia berdasarkan Kejadian 1:26.

Homoseksualitas adalah penyimpangan dan dosa (berdasarkan Roma 1:26-27), serta bertentangan dengan etika Kristen

 Sebagai orang percaya, mari kita menolak perilaku LGBT namun bukan menolak pelakunya. Sebab Allah mengajarkan kita untuk mengasihi sesama manusia, dengan begitu mereka yang memiliki perilaku tersebut merasa diterima dan dihargai.

Orang percaya harus menjadi teladan dan memberikan rasa nyaman bagi mereka yang berperilaku demikian, sehingga mereka bisa terbuka dan dengan pertolongan Tuhan maka kita bisa membantu mereka lepas dari dosa LGBT.***

Editor: Tommy MI Pardede


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah