Basarnas Akui Tak Buahkan Hasil Pencarian Hilangnya KM Bali Permai-169 di Samudera Hindia

- 7 September 2021, 16:35 WIB
Ilustrasi Tim Basarnas melakukan pencarian korban kecelakaan kapal
Ilustrasi Tim Basarnas melakukan pencarian korban kecelakaan kapal /Foto: basarnas.go.id/

Lalu, pada hari kedua, 31 Juli 2021, JRCC mengerahkan 3 pesawat RSCU 440, ADF P8, dan RSCU 251. Pesawat RSCU-440 melakukan pencarian menggunakan radar dengan covered area 2.600 NM persegi. Sementara pesawat ADF P8 dan RSCU251 melakukan pencarian visual dengan luasan luasan 1.275 NM persegi dengan target liferaft. Namun, upaya pada hari kedua tersebut belum membuahkan hasil.

Selanjutnya di hari ketiga, 1 Agustus 2021, JRCC kembali mengerahkan 3 pesawat, masing-masing RESCUE660, RESCUE251, dan VH-MXJ dengan metode visual dan radar. Covered area pencarian seluar 4.200 NM persegi. Namun, hasilnya nihil.

Pada kesempatan itu, Basarnas pun mengerahkan 15 kapal ikan yang ada di sekitar LKP, juga tidak membuahkan hasil. Di hari keempat, 2 Agustus 2021, JRCC kembali mengerahkan 3 pesawat, masing-masing RESCUE660, RESCUE251, dan VH-MXJ.

"Namun, upaya pencarian secara visual dan radar dengan target liferaft seluas 4.300 NM persegi itu juga nihil," dalam keterangannya.

Di hari kelima sampai dengan hari ketujuh, sejumlah kapal juga telah dikerahkan di sekitar LKP, namun tim SAR tidak menemukan korban, kapal, atau serpihan KM Bali Permai.

Berdasarkan hasil analisa tim SAR dari Basarnas maupun dari JRCC Australia, ada dua kemungkinan. Pertama, kapal terbalik dan awak kapal meninggalkan kapal dengan rakit atau tenggelam. Kedua, kapal meninggalkan LKP dengan tenaga mesin saja setelah alat komunikasi rusak total dan GPS tracking tidak berfungsi.

Terkait dengan 19 awak kapal, JRCC Australia bersama dokter ahli di bidang survival memberikan 3 penilaian. Pertama, jika kapal terbalik dan ABK jatuh ke laut menggunakan lifejacket maka batas waktu bertahan hidup atau selamat, kemungkinannya sangat kecil sampai hari terakhir operasi SAR pada 2 Agustus 2021.

Kedua, jika kapal terbalik dan ABK menggunakan rakit, kemungkinan selamat sampai matahari tenggelam pada tanggal 2 Agustus 2021. Dan yang ketiga, jika kapal hanya mengalami kerusakan pada alat komunikasi saja, kemungkinan ABK hidup masih besar mengingat logistic di kapal tersebut lebih dari cukup.

Berdasarkan analisa dan aspek efektivitas, tim SAR selanjutnya menghentikan operasi pencarian tersebut. Selanjutnya, Basarnas menyebarkan informasi (e-broadcast) terkait hilangnya kapal tersebut kepada semua kapal yang melintas di sekitar LKP untuk mengevakuasi dan melapor jika menemukan korban atau kapal tersebut.

“Sampai saat ini, kami masih melakukan pemantauan di LKP. Jika ada informasi akurat keberadaan korban maka secara otomatis operasi SAR kembali kami aktifkan,” terang Gede Darmada, Kepala Kantor SAR Denpasar, dalam keterangannya Senin 6 September 2021.

Halaman:

Editor: Edward Panggabean


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah