Siberkreasi Adakan Webinar Mengenai Literasi Digital dengan Tajuk Welcoming Gen Alpha pada Tanggal 16 Juli

- 16 Juli 2021, 17:58 WIB
Siberkreasi mengadakn webinar tentang literasi digital pada hari Jumat, 16 Juli 2021.
Siberkreasi mengadakn webinar tentang literasi digital pada hari Jumat, 16 Juli 2021. /Dok. Instagram @siberkreasi/

BERITA SUBANG - Siberkreasi mengadakan webinar tentang literasi digital yang bertajuk Welcoming Gen Alpha, Chance and Challenge in Digital Era, pada hari Jumat, 16 Juli 2021, yang dimulai pada pukul 14.00 WIB.

Seperti judulnya, webinar ini ditujukan terutama untuk Generasi Alfa, yang merupakan generasi yang lahir pada tahun 2010-2025. Webinar ini dihadiri oleh sekitar 120 peserta dengan mayoritas murid SMP di daerah Tangerang beserta guru-guru mereka.

Webinar tentang literasi digital ini direncanakan akan diadakan secara rutin sampai bulan November 2021 yang mengampanyekan tagar Siberkreasi yaitu #IndonesiaMaju dan #MakinCakapDigital.

Webinar ini diadakan oleh Siberkreasi dengan moderator Yade Hanifa, serta dihadiri sejumlah lima pembicara dengan tema di antaranya Digital Ethics, Digital Culture, dan Digital Safety.

Baca Juga: Survei Kominfo dan Katadata Bilang Literasi Digital Konsumen Indonesia Belum Baik. Apa Maksudnya?

Materi pertama tentang Digital Skills disampaikan oleh Trisno Sakti Herwanto, SiP, MPA, yang merupakan Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik di Universitas Parahyangan dengan tema "ulur tarik dunia digital".

Ia menyampaikan bahwa salah satu dampak positif dari PPKM ini kita bisa menjadi lebih sibuk, dalam artian dapat semakin banyak belajar tentang dunia digital.

Ia menyampaikan bahwa teknik "ulur" di dunia digital terbagi atas lima bagian, yaitu learning to knowlearning to dolearning to belearning to live together, dan learning to live as a real Indonesian.

Learning to know ini merupakan bagaimana kita mendapatkan dan mempelajari ilmu baru yang terdapat di dunia digital, sedang learning to do merupakan bagaimana kita dapat mengaplikasikan ilmu yang telah kita dapat di kehidupan sehari-hari.

Learning to be merupakan salah satu kunci di era digital ini, terutama untuk generasi alfa, yang menekankan kepada passion dan cita-cita mereka yang dapat menjadi acuan untuk masa depan mereka.

Learning to live together adalah dasar dari komunikasi di dunia digital, di mana kita harus menerapkan prinsip Bhinneka Tunggal Ika yang menghargai perbedaan, saling toleransi, dan tidak akan menimbulkan cyber bullying yang kerap terjadi.

Ini pun berkaitan dengan learning to live as a real Indonesian, yang mana penduduknya telah dikenal sebagai penduduk yang sopan santun dan ramah senyum, bahkan di mata dunia.

Baca Juga: Menteri Kominfo Menyampaikan Bahwa Mereka Tempuh Empat Langkah Persiapkan ASO, Tahap Pertama Dimulai dari Aceh

Sedangkan teknik "tarik" artinya menarik diri dari hal negatif yang beredar di dunia digital, mengerti mana yang merupakan ranah publik dan mana yang merupakan ranah privat.

Materi kedua tentang Digital Ethics disampaikan oleh Hayuning Sumbadra dari Kaizen Room, yang menyampaikan bahwa generasi alfa dan teknologi tidak dapat dipisahkan.

Ia menyampaikan bahwa peran orang tua sangat penting, di mana masa sekarang berbeda dengan jaman dahulu. Orang tua kini lebih berperan sebagai sahabat dengan anaknya, namun tetap dengan aturan-aturan dan norma-norma yang berlaku.

Ia menyampaikan bahwa Generasi Alfa maupun orang tua harus menyeimbangkan waktu antara pemakaian gawai dan waktu bersama. "Quality time makes good children," ujarnya.

Materi ketiga tentang Digital Culture disampaikan oleh Sigit Widodo, S.T., M.Si., yang menyampaikan tentang dampak positif dan negatif dunia digital terhadap Generasi Alfa saat ini.

Efek negatifnya antara lain adalah screen time yang terlalu lama dikonsumsi oleh Generasi Alfa, serta konten negatif yang banyak bertebaran di dunia digital.

Namun, Generasi Alfa memiliki kreativitas tinggi, lebih terbuka dengan pendapat yang ada, lebih memahami teknologi, mudah menerima gagasaln dan hal-hal baru, serta lebih dapat menerima perbedaan tanpa konflik, tidak seperti generasi sebelumnya.

Baca Juga: Menteri Kominfo Menyampaikan Bahwa Agenda Bangun Infrastruktur Digital akan Berlanjut Sampai Tahun 2022

Materi keempat disampaikan oleh Andrea Abdul Rahman Azzqy, S.Kom., M.Si., M.Si (Han), mengenai Digital Safety, yang menyampaikan bahwa generasi alfa kini lebih cerdas, lebih kritis, menyukai hal-hal yang bersifat instan, dan lebih aktif di dunia sosial dan lebih memahami teknologi dibandingkan generasi sebelumnya.

Ia meramalkan bahwa sekitar sepuluh tahun lagi kemungkinan konsumsi informasi dan hiburan bahkan akan lebih canggih lagi dibandingkan dengan sekarang, terbukti dari perkembangan teknlogi yang berkembang pesat.

Ia menyampaikan peluang Generasi Alfa (sebagai digital natives) dalam dunia digital sangat besar dalam bidang bisnis, teknologi, sosial dan budaya, serta pendidikan. Namun, tantangannya pun akan sangat besar.

Andre juga menyampaikan perbedaan antara Gen Y dan Gen Z dengan generasi alfa. Gen Y dan Gen Z lebih haus akan informasi, namun kurang dapat memilahnya, sedangkan Generasi Alfa lebih cepat beradaptasi dan lebih terbuka untuk belajar hal-hal baru.

Pembicara terakhir adalah Olyvia Jasso dari Maluku, yang merupakan founder The Mulung. Organisasi ini kini memiliki sekitar 130-140 orang yang tersebar di beberapa daerah selain di Maluku, termasuk Kalimantan dan Jawa.

Ia menyampaikan kegiatan dari The Mulung yang di antaranya melakukan bersih-bersih pantai setiap akhir pekan dan juga mensosialiasikan program terkait lingkungan ke daerah-daerah terpencil.

Ia menyampaikan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh The Mulung ini menyenangkan, walaupun tidak mendapatkan bayaran. Mereka juga membuat video kreatif dan juga film pendek, serta mengangkat isu budaya yang sedang berlangsung.

Olyvia menyampaikan tantangan yang dihadapi oleh The Mulung adalah dengan cepatnya informasi yang beredar di dunia digital, terkadang tujuan mulia mereka mendapat cibiran karena salah kaprah dari warganet. Solusi dari hal ini adalah dengan kontrol diri sendiri, karena kita tidak akan dapat mengontrol orang lain di luar sana, dan ini pentingnya literasi digital.

Ia juga menyampaikan bahwa daerah Indonesia Timur kini belum secanggih daerah Indonesia Barat, di mana teknologi belum merata. Olyvia menyampaikan bahwa tujuan The Mulung adalah bukan hanya mendapatkan banyaknya viewers, tapi juga menyampaikan konten yang informatif dan edukatif.

Webinar tentang literasi digital dari Siberkreasi ini ditutup dengan lima pertanyaan dari peserta dan foto bersama dan diakhiri pada sekitar pukul 16.35 WIB.

***

 

Editor: Muhamad Al Azhari


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah