Ekonomi Global Membaik, Eddy Abdurrachman Perkirakan Kenaikan Harga CPO Berlanjut Tahun Depan

- 2 Desember 2021, 13:55 WIB
Eddy Abdurrachman Direktur Utama BPDPKS
Eddy Abdurrachman Direktur Utama BPDPKS /

 

BERITA SUBANG - Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Eddy Abdurrachman memperkirakan, rally kenailan harga Crude Palm Oil (CPO) diperkirakan masih berlanjut di tahun 2022 seiring membaiknya pertumbuhan ekonomi global.

Optimisme itu mengacu pada outlook ekonomi Indonesia tahun 2022 yang dipublikasikan oleh institusi internasional seperti Bank Dunia dan IMP.

“Sebagian besar institusi internasional memperkirakan perbaikan dengan pendekatan aktivitas ekonomi, konsumsi dan investasi mencatat pertumbuhan dalam kisaran antara 4,8 persen sampai 5,9 persen tahun depan,” kata  Eddy Abdurrachman dalam 17th Indonesian Palm Oil Conference and 2022 Price Outlook di Jakarta, Rabu 2021.

Baca Juga: Airlangga Hartarto : Sawit Punya Peran Besar Bantu Ekonomi Masyarakat Ditengah Pandemi

Hal itu, kata Eddy Abdurrachman tidak terlepas keberhasilan program mitigasi penyebaran covid-19 serta pelaksanaan vaksin yang merupakan salah satu faktor utama pendorong pemulihan ekonomi 2021 hingga 2022.

Berdasarkan data statistik pusat pertumbuhan di Indonesia dari sisi makro ekonomi, pertumbuhan ekonomi pada triwulan ke III tahun 2021 juga mencatat pertumbuhan positif sebesar 3,51 persen.

Hal itu, kata Eddy Abdurrachman tidak terlepas dari keberadaan sawit sebagai primadona pertumbuhan ekonomi.

Sebagai catatan, tanaman perkebunan mampu bertumbuh 8,34 persen yang didorong oleh peningkatan produksi perkebunan dan peningkatan ekspor ke luar negeri.

Eddy Abdurrachman memperkirakan, tahun depan sawit masih menjadi variabel yang sangat penting terhadap roda perekonomian karena melibatkan lebih dari 16 juta  tenaga kerja.

Eddy juga mengungkapkan, industri sawit menyumbangkan perolehan devisa melalui ekspor CPO dan produk turunan dengan nilai ekspor tahun 2020 sebesar US$ 22,97 miliar atau 14% dari total non migas Indonesia.

Baca Juga: Joko Supriyono : Energi Terbarukan Berbasis Sawit Bakal Jadi Primadona Global

“Dari sisi pemasukan terima negara, Sawit memberikan  pajak dengan estimasi sebesar 14 triliun hingga  20 triliun per tahun,” kata Eddy Abdurrachman.

 Eddy Abdurrachman memperkirakan, keberhasilan pemerintah tetap konsisten dalam menerapkan program mandatory biodiesel B30 selama tahun 2020 dan dilanjutkan di tahun 2021 juga memberikan sumbangan berupa penghematan devisa untuk impor minyak dalam bentuk solar.

“Sehingga dapat disimpulkan bahwa sawit punya peranan sangat sifnifikan terhadap perekonomian Indonesia secara keseluruhan.,” kata Eddy Abdurrachman.

Sebagai komoditas dunia, jelas Eddy Abdurrachman, sawit Indonesia sangat produktif dan menyumbang kurang lebih 42 persen dari total suplai minyak nabati dunia dengan Market Share sekitar 59,66 persen dari nilai market share produsen CPO dunia.

Ia memperkirakan, seiring permintaan yang terus meningkat dari tahun ke tahun,  pertumbuhan minyak nabati dunia juga bakal tumbuh rata-rata sebesar 8,5 juta metrik ton.

“Sawit bakal mendominasi karena memiliki tingkat produksi yang terbaik dibandingkan dengan minyak nabati yang lain sehingga permintaan dunia terhadap sawit akan terus naik,” kata Eddy.

Baca Juga: Menkes Budi Gunadi Apresiasi Pelaku Usaha Sawit Bantu Gerakan Vaksinasi Massal Covid-19

Sebagai produsen sawit terbesar di dunia, Eddy memastikan Indonesia tidak hanya menjadi penyedia bahan mentah minyak dapat di dunia untuk itu pemerintah Indonesia telah menerbitkan berbagai kebijakan dengan tujuan untuk mendorong hilirisasi industri sawit.

Tujuannya  untuk yang dapat memberi nilai tambah.“Kebijakan tersebut antara lain dengan menerapkan pengenaan bea keluar dan pungutan ekspor terhadap setiap ekspor CPO dan produk turunannya dengan pengenaan tarif yang lebih tinggi terhadap produk hulu dibandingkan produk hilirnya,” jelas Eddy.

Dengan kebijakan tersebut, Eddy mengharapkan komposisi ekspor Sawit Indonesia nantinya didominasi oleh produk-produk hilir dan saat ini ekspor produk produk turunan CPO mencapai kurang lebih 58 persen, sedangkan ekspor CPO hanya sebesar 18 persen.

 Sebagai produsen minyak terbesar di dunia, Indonesia menargetkan dapat memproduksi lebih dari 50 m juta ton minyak sawit pada tahun 2025.

“Hal ini akan memberikan lebih banyak pasokan untuk industri makanan dan bahan bakar nabati seperti diesel untuk memenuhi kebutuhan domestik dan ekspor untuk kebutuhan pasar global,” kata Eddy.***

Editor: Tommy MI Pardede


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah