Pemulihan Ekonomi Indonesia Harus Disikapi Dengan Kewaspadaan

- 4 Mei 2021, 07:48 WIB
Sejumlah warga memadati Blok B Pusat Grosir Pasar Tanah Abang untuk berbelanja pakaian di Jakarta Pusat, Minggu (2/5/2021). Gubernur DKI Anies Baswedan mengakui adanya lonjakan pengunjung di pusat tekstil terbesar se-Asia Tenggara tersebut, dari sekitar 35.000 pengunjung pada hari biasa menjadi sekitar 87.000 orang pada akhir pekan ini sehingga pihaknya menyiagakan sekitar 750 petugas untuk menjaga kedisiplinan protokol kesehatan untuk mencegah penularan COVID-19. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putr
Sejumlah warga memadati Blok B Pusat Grosir Pasar Tanah Abang untuk berbelanja pakaian di Jakarta Pusat, Minggu (2/5/2021). Gubernur DKI Anies Baswedan mengakui adanya lonjakan pengunjung di pusat tekstil terbesar se-Asia Tenggara tersebut, dari sekitar 35.000 pengunjung pada hari biasa menjadi sekitar 87.000 orang pada akhir pekan ini sehingga pihaknya menyiagakan sekitar 750 petugas untuk menjaga kedisiplinan protokol kesehatan untuk mencegah penularan COVID-19. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putr /Antara Foto/Aditya Putra/ADITYA PRADANA PUTRA

BERITA SUBANG - Ekonom mengingatkan, jika data ekonomi kuartal pertama 2021 menunjukkan adanya harapan akan terjadinya pemulihan ekonomi namun harus disikapi dengan penuh kewaspadaan.

Menurut ekonom Senior nstitute for Development of Economics and Finance (INDEF) Fadhil Hasan pada triwulan pertama 2021 pertumbuhan ekonomi diprakirakan masih negatif yakni negatif 1,5 persen sampai negatif 0.5 persen.

 “Tahun 2021 ini, pemerintah mencanangkan sebagai tahun pemulihan ekonomi. Pada triwulan pertama tahun 2021, perkembangan positif vaksinasi semakin menguatkan harapan akan pemulihan ekonomi. APBN sebagai instrumen kebijakan fiskal melanjutkan peran sentralnya dalam mendorong proses pemulihan melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN)," kata Fadhil Hasan, Minggu 2 Mei 2021.

 Baca Juga: Covid-19 Masih Ada, Masyarakat yang Ingin Belanja Harus Mawas Diri

Sementara ekspor juga terus mengalami perbaikan sehingga Indonesia mencatatkan surplus dalam beberapa bulan terakhir ini akibat peningkatan harga berbagai produk andalan ekspor seperti CPO, batubara, dan lain-lain.

Namun konsumsi masih menunjukkan sinyal yang mixed padahal sumbangan konsumsi pada PDB masih dominan. Perbaikan indikator konsumsi belum memadai dan cukup kuat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Investasi mengalami perbaikan sebagaimana ditunjukkan oleh peningkatan PMI (53) dan impor bahan baku yang juga meningkat (26.4 persen) di bulan Maret 2021.

Fadhil Hasan mengingatkan dengan negatifnya pertumbuhan Q1 2021, ekonomi Indonesia tumbuh negatif dalam 4 kuartal berturut-turut sejak kuartal II 2020.

 Baca Juga: Erik Tohir Diminta Tindak Tegas PT Indah Karya BUMN Karena Wanprestasi Rp3 Milyar ke LV Logistics Indonesia

"Sebelumnya kuartal III minus 3.49 dan kuartal II minus 5.32 persen year on year (yoy) dan kuartal Pertama 2021 juga akan negatif,” ujar Fadhil Hasan.

Halaman:

Editor: Tommy MI Pardede


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah