BERITA SUBANG - Banyaknya perkantoran dan kegiatan usaha yang membatasi jumlah dan jam kerja karyawan, berdampak pada turunnya omzet warung nasi atau yang dikenal sebagai warung tegal (warteg).
Apalagi, penerapan kebijakan pembatasan sosial berskala besar untuk mencegah kerumunan akan mengakibatkan sebagian besar warteg di Jakarta, Tangerang, Bogor, Depok, dan Bekasi (Jabodetabek) tidak mampu bertahan dan terancam tutup.
Hal itu dibenarkan sejumlah pengusaha atau pemilik warteg. Menurut mereka, kesulitan itu telah dialami sejak pertengahan Maret 2020, disaat pandemi mulai melanda Indonesia.
Baca Juga: Lakukan Isolasi Mandiri, Doni Monardo Tetap Pantau Penanganan Covid-19 dan Bencana Alam
Saat itu, penerapan kebijakan pembatasan sosial berskala besar yang mendorong masyarakat untuk tidak berkegiatan di luar rumah Kembali menghembaskan omzet tempat usaha mereka.
Hal itu juga dibenarkan oleh Komunitas Warteg Nusantara (Kowantara) Mukroni. Bahkan secara lantang Mukroni memperkirakan, lebih dari setengah atau sekitar 20.000 warteg di Jabodetabek bakal gulung tikar tahun ini.
"Selama 2020, saya menghitung sekitar 25 persen dari total warteg yang ada di Jabodetabek tutup. Tahun ini setengahnya atau sekitar 20.000 warteg juga bakal mengalami nasib serupa," kata Mukroni.
Baca Juga: Walikota Depok Dukung Anies Baswedan Soal Penanganan Covid-19 oleh Pemerintah Pusat
Naiknya angka tersebut, karena para pemilik warteg harus memperpanjang sewa bangunan di awal tahun ini. "Ini yang berat. Mereka tahun ini harus perpanjang kontrak sewa. Apalagi omzet hingga kini belum membaik," kata Mukroni.