Biodata Fatia Maulidiyanti, Koordinator Termuda dalam Sejarah KontraS, Bertugas Menggaet Milenial Peduli HAM

- 25 Agustus 2021, 04:49 WIB
Fatia Maulidiyanti Koordinator KontraS 2020-2023
Fatia Maulidiyanti Koordinator KontraS 2020-2023 /Dok. Kontras.org/

BERITA SUBANG - Berikut biodata Fatia Maulidiyanti, yang tercatat sebagai koordinator termuda dalam sejarah Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan.

Dilansir dari laman resmi Kontras, Fatia Maulidiyanti dikukuhkan sebagai Koordinator KontraS untuk periode 2020 – 2023 pada Rapat Umum Anggota 29 Juni 2020 menggantikan Yati Andriyani Koordinator KontraS periode 2017 – 2020.

Fatia baru-baru ini terlihat berkomentar pada sebuah video di Kanal Youtube HARIS AZHAR.

Di video yang diberi judul BISNIS TAMBANG DIBALIK LORD LUHUT! 8,1 TON EMAS DI PAPUA JADI INCARAN?, koordinator KontraS ini mengatakan ada sejumlah nama-nama purnawirawan Jenderal TNI (AD) di balik penguasaan eksploitasi emas di Blok Wabu, Intan Jaya, Papua.

Update terkini:

⎙ Dilaporkan Menko Luhut, Haris Azhar, Fatia Maulidiyanti Kini Ditetapkan Polisi Tersangka Pencemaran Nama Baik

Haris-Fatia Tersangka, Pakar Hukum Bilang Ini 'Autocratic Legalism', Lebih Ngeri dari Kudeta Pakai Tank!

Secara spesifik ia menyebutkan ada beberapa elit disetiap perusahaan "ada Lord Luhut" yang bermaksud menyebut nama julukan Luhut Binsar Pandjaitan oleh beberapa netizen. 

Siapakah Fatia Maulidiyanti? Berikut biodata yang dirangkum dari berbagai sumber.

Dari akun Linkedinnya, Fatia menuliskan ia pernah kuliah di Universitas Katolik Parahyangan dengan jurusan Bachelor of Arts (BA), International Relations and Affairs (2010-2015).

Fatia Maulidiyanti juga mencantumkan ia merupakan founder (pendiri) Books for Tomorrow dan juga merupakan Campaign Officer dari Walk Free Organization sejak Juli 2013 hingga sekarang.

Baca Juga: KontraS, Walhi dkk Ungkap Lord Luhut Dibalik Eksploitasi Emas di Intan Jaya Papua

Books For Tomorrow merupakan komunitas yang mengumpulkan donasi buku dari publik kepada mereka yang dijatuhkan hukuman mati di Indonesia. Organisasi ini mendistribusikan bukunya ke perpustakaan di penjara, menargetkan terpidana mati dengan semangat memberikan hak kepada siapapun, termasuk terpidana mati untuk membaca. 

Fatia juga mencantumkan empat publikasi dalam pencapaiannya (accomplishment), yakni Dehumanized: Prison Condition and Death-Row Inmates in Indonesia; Pilihan Politik Milenial di tengah Militerisme dan Sektarianisme; Tidak Ada Acuan HAM Komprehensif dalam RANHAM Tidak Menjawab Masalah Sesungguhnya: Catatan Kritis KontraS Atas Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2015 Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia 2015-2019; dan Enam Puluh Tahun Konferensi Asia & Afrika (Mengukuhkan Transformasi Gerakan Sosial Melalui Arena Diplomasi Hak Asasi Manusia).

Dari laman resmi KontraS disebutkan bahwa sebelum menjadi Koordinator, Fatia pernah menjabat Kepala Divisi Advokasi Internasional.

"Ia secara konsisten melanjutkan agenda advokasi nasional pada beberapa kasus ke ranah internasional, baik melalui mekanisme resmi PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) maupun melakukan advokasi jejaring internasional yang ditujukan untuk kampanye, seperti pada kasus Munir, kebebasan sipil, isu ekonomi, sosial, dan budaya, serta isu hak asasi manusia lainnya," demikian tulis KontraS dalam artikel tertanggal 9 Juli 2020.

Fatia juga merupakan alumni Sekolah Hak Asasi Manusia (SeHAMA) KontraS pada tahun 2014 dan selepas lulus SeHAMA itulah ia memulai kiprahnya di KontraS.

"Ia melihat bahwa kondisi kebebasan berekspresi pada hari ini semakin menyempit. Keberadaan ruang berekspresi baik di dunia nyata maupun dunia maya mendapat ancaman yang berbeda namun memiliki narasi yang sama, yakni pembungkaman," demikian tulis artikel KontraS tersebut.

KontraS menyebutkan bahwa peran dan keterlibatan generasi muda dalam memperjuangkan HAM harus terus ditingkatkan, "demi menyambung estafet perjuangan" dan untuk mengingatkan negara akan pelanggaran HAM yang kerap terjadi hingga kini.

"Sebagai generasi muda saya percaya komunitas muda memiliki peran penting dalam pengarusutamaan hak asasi manusia di Indonesia. Oleh karena itu, gerakan hak asasi manusia dewasa harus mendorong generasi muda untuk memimpin gerakan hak asasi manusia demi regenerasi yang lebih baik dan pelestarian pengarusutamaan hak asasi manusia di masa depan," demikian kata Fatia seperti dikutip artikel di KontraS tersebut. 

Disebutkan bahwa KontraS, di era kepemimpinan Fatia Maulidiyanti, akan berupaya meningkatkan keterlibatan generasi muda untuk melakukan advokasi terhadap kelompok yang dianggap rentan dan menyuarakan kurang pedulinya negara terkait isu hak asasi manusia.

Demikian rekam jejak dan biodata Fatia Maulidiyanti yang memimpin KontraS dalam periode tiga tahun.

Baca BeritaSubang.com (Pikiran Rakyat Media Network) melalui Google News, lebih praktis, mudah, dan cepat.

***

Editor: Muhamad Al Azhari


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah