Network
BERITA SUBANG - Pemilihan Presiden (Pilpres) masih lama, tiga tahun lagi. Tepatnya tahun 2024. Saking lamanya, bahkan hingga kini belum ada satu partai pun berani mengusung nama-nama calon mereka. Atau bisa saja sudah ada, namun takut dianggap tidak peka karena persoalan Covid-19 yang belum juga melandai.
Namun hampir sepekan ini, situasinya berubah. Meski tidak terkait langsung dengan Pilpres 2024, tensi politik Indonesia sudah mulai memanas.
"Genderang perang" pertama ditabuh Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Isu kudeta partai menjadi topik baru mengganti isu agama dan HAM yang mulai basi dan ditinggalkan.
Sasarannya juga tidak tanggung-tanggung, kelompok elit istana. Sebagai “anak kemarin sore” AHY termasuk nekad merangsek Presiden Joko Widodo untuk menarik lawan keluar dari sarang.
Sasarannya Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko yang diperkirakan bakal menjadi “duri dalam daging” dalam tubuh partainya di Pilpres 2024.
Secara matematis menyeret nama Moeldoko punya nilai politis tinggi. Pasalnya, KSP tidak hanya sekedar jabatan administratif kenegaraan, tapi punya kedekatan intens dengan Presiden dan Wapres.
Dalam tugas dan tanggung jawabnya, KSP sarat muatan politis, termasuk memberikan dukungan dan masukan kepada Jokowi-Ma'ruf Amin untuk melaksanakan pengendalian program prioritas nasional, melakukan komunikasi politik, dan mengelola isu strategis.
Baca Juga: Perang Terbuka AHY Vs Moeldoko Berlanjut, 10 Tahun Berkuasa SBY Tanam Kuping di Istana
Ibarat memanah, Moeldoko merupakan target yang tepat karena berada di lingkaran sasaran tembak. Kalaupun nantinya anak panah tidak menancap tepat di titik pusat lingkaran, paling bisa mengenai target di seputar lingkaran.
