Renungan Harian Katolik, Jumat Agung 15 April 2022

- 14 April 2022, 20:10 WIB
Ilustrasi Jumat Agung.
Ilustrasi Jumat Agung. /Pexels/Zac Frith


BERITA SUBANG - Renungan Harian Katolik, Jumat Agung 15 April 2022. Memperingati Sengsara dan Wafat Tuhan Warna Liturgi Merah, Lengkap Bacaan Pertama, Mazmur Tanggapan, serta bacaan Injil.

Renungan Harian Katolik hari ini Bacaan Pertama terambil dari Yes. 52:13-53:12

Renungan Harian Katolik hari ini Mazmur Tanggapan terambil dari Mzm. 31:2.6.12-13.15-16.17.25

Renungan Harian Katolik hari ini Bait Pengantar Injil: Flp 2:8-9, bacaan Injil:  Yoh. 18:1-19:42

Hari ini Gereja merayakan Pengenangan Sengsara Tuhan Inilah Puncak Cinta Allah, yang telah menghampakan diri-Nya, mengutus Putra-Nya hidup, sengsara sampai wafat di salib untuk menyelamatkan manusia, menyelamatkan kita semua dari kegelapan dosa.

Baca Juga: Jadwal dan Link Streaming Misa Kamis Putih 14 April 2022 Gereja Katedral Jakarta

Berikut Renungan Harian Katolik, Jumat Agung 15 April 2022 seperti dikutip dari Renungan Harian Katolik:

Pada hari ini kita memperingati tindakan-kasih yang paling agung dalam sejarah, yaitu kematian Yesus Kristus di kayu salib. Baiklah bagi anda dan saya untuk mengambil waktu ekstra hari ini guna melakukan meditasi di depan Salib Kristus.

Pandanglah Yesus dalam segala kedinaan-Nya – babak belur berdarah-darah karena disiksa. Lihatlah Dia, yang menderita, ditolak dan sendiri tanpa kawan. Dengarlah seruan doa-Nya yang terakhir “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Mat 27:46; Mrk 15:34; bdk. Mzm 22:2).

Rasakanlah cintakasih-Nya kepada kita semua, bahkan pada saat Ia sekarat tergantung di kayu salib untuk menebus dosa-dosa kita: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Luk 23:34).

Marilah kita memandang Dia yang telanjang di kayu salib dengan tangan dan kaki terpaku, dan lambung-Nya ditikam dengan tombak, sehingga mengalir keluar darah dan air, semua ini untuk menebus ketidak-taatan kita kepada kehendak Allah – dosa-dosa kita yang merusak relasi kita dengan sang Pencipta.

Baca Juga: Jadwal Misa Tri Hari Suci Gereja Katedral Medan 2022

Marilah kita bersembah sujud dengan penuh hormat selagi kita mengkontemplasikan makna lengkap hari yang suci ini, suatu hari di mana Putera Allah merendahkan diri-Nya sedemikian rupa sehingga menjadi begitu miskin dan hina-dina, agar kita semua dapat menjadi kaya secara luarbiasa.

Santo Paulus menulis: “Yesus Kristus … sekalipun Ia kaya, oleh karena kamu Ia menjadi miskin, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya” (2Kor 8:9).

Terpujilah Dia yang sekarang mengisyaratkan kita untuk “menghampiri takhta anugerah, supaya kita menerima rahmat dan menemukan anugerah untuk mendapat pertolongan pada waktunya (Ibr 4:16).

Salib Kristus mengungkapkan kasih yang agung! Ini adalah kasih perjanjian (Inggris: covenant love), suatu kasih yang bersumberkan pada janji abadi Yesus sendiri untuk mengasihi dan melindungi kita.

Kasih perjanjian selalu bersifat setia, siap untuk mati agar orang-orang lain dapat hidup. Suatu kasih abadi, yang ditulis dalam/dengan darah Kristus sendiri.

Baca Juga: 20 Ucapan Jumat Agung 15 April 2022, Bisa dikirim ke Grup WhatsApp Atau Untuk Kerabat

Pada hari Jumat Agung ini, selagi kita melakukan meditasi di depan anak Domba yang disembelih, renungkanlah “betapa besarnya” Salib Kristus.

Bukan  dalam arti besarnya ukuran Salib Kristus secara fisik, namun betapa besar dampak kematian Kristus di kayu salib sebagai kurban persembahan sehingga mampu mendatangkan kerahiman dan rahmat Allah yang tidak mampu tertandingi oleh tindakan-kasih yang mana pun.

Apakah ada kurban persembahan lain yang mampu mencuci-bersih setiap dosa manusia, baik sudah maupun yang akan datang? Adakah tindakan-kasih lain yang mampu mengalahkan semua kerja Iblis yang penuh kebencian dan kejahatan dalam dunia?

Bagaimana kita dapat membuat Salib Kristus menjadi riil dalam kehidupan kita? Tentunya dengan menunjukkan kepada orang-orang yang kita kasihi, kasih perjanjian sama sebagaimana yang telah ditunjukkan Yesus kepada kita. Kiranya Yesus akan sangat bersukacita melihat buah-buah manis keluar dari Salib-Nya.

Ada kebenaran tak terbantahkan bagi anda dalam hal ini: “Setiap kali anda mengasihi orang-orang lain seperti Yesus Kristus mengasihi, maka anda menghadirkan Yesus Kristus ke dalam dunia!”

Baca Juga: Cek 5 Bansos yang Akan Cair Sebelum Lebaran 2022, Dari PKH Hingga BLT Minyak Goreng

Injil Yohanes mengawali kisah sengsara Yesus dengan kisah penangkapan Yesus yang tengah bersama-sama dengan murid-Nya. Yohanes juga mencatat bahwa, Yesus tahu bahwa Yudas telah menghianati-Nya.

Perikup diatas ini yang mengisahkan sengsara Yesus menurut Yohanes, oleh tradisi liturgi disediakan khusus bagi hari Jumat Agung tiap-tiap tahunnya, tidak terkait dengan tahun liturgi A,B ataupun C.

Perlu kita ketahui bahwa Struktur Injil Yohanes terbagi menjadi 3 (tiga) bagian: Yang pertama adalah memperkenalkan Kristus kepada Israel (Yoh 1:19-51).

Bagian kedua, Tanda-Tanda dan Ajaran-Ajaran Kristus kepada Israel dan Penolakan-Nya (Yoh 2:1-12:50). Dan bagian ketiga adalah Kristus dan Permulaan Umat Perjanjian Baru (Yoh 13:1-20:29).

Kisah sengsara Yesus yang ditulis oleh Yohanes ini berada pada bagian akhir, struktur ketiga yang merupakan Kristus dan permulaan umat Perjanjian Baru. Berbeda dengan Injil Sinoptik (Matius, Markus dan Lukas) Yohanes melihat peristiwa-peristiwa wafat dan kebangkitan dalam persepektif Allah yang menyelenggarakan setiap peristiwa dengan penuh kuasa. Yesus ditampilkan begitu kokoh. Ia mengetahui segala yang akan terjadi. Ia memegang kendali atas rangkaian peristiwa di sekitar diri-Nya.

Baca Juga: Cara Membuat SKCK Online dan Biayanya, Sebagai Syarat Rekrutmen Bersama BUMN 2022

Injil Yohanes kita tidak menampilkan kisah sakratul maut Yesus di Taman Getzemani. Tidak ada pula adegan kecupan pengkhianatan Yudas. Yang terjadi ialah Yesus justru maju menemui Yudas dan para prajurit yang mau menangkap-Nya.

Dalam tanya jawab itu Yesus menjawab pertanyaan para prajurit dengan memperkenalkan diri: “Akulah Dia” atau dalam bahasa aslinya, “ego eimi” (Lih. Yoh. 18:5).

Yohanes menampilkan Yesus yang begitu tangguh, kokoh dalam melaksanakan karya penebusan-Nya. Kisah Sengsara menurut Yohanes kesengsaraan itu adalah bagian utuh dari kemuliaan dan kedaulatan Putra Allah yang dengan bebas memutuskan untuk mengorbankan hidup-Nya demi keselamatan dunia.

Meskipun demikian Yohanes tetap menampilkan penderitaan Yesus yang begitu berat. Yesus yang disesah dan diolok-olok (Lih. Yoh. 19:1-3), kesedihan-Nya yang luar biasa, juga penderitaan fisik, luka-luka di tubuh-Nya.

Misi utama Yesus adalah melaksanakan perutusan kasih Allah kepada kita sebagai orang berdosa. Yesus melaksanakannya dan menyelesaikannya di kayu salib di Golgota. Pada saat itu Yesus berkata: “Sudah selesai” (Yoh 19:30).

Baca Juga: Renungan Harian Katolik, Bacaan Injil Kamis Putih 14 April 2022: Saling Menjadi Berkat

Wafat Yesus sebagai kurban penebusan dosa-dosa umat manusia Dari sudut sejarah, kematian Yesus merupakan suatu peristiwa pembunuhan. Tetapi dari sudut iman Kristiani, kematian Yesus merupakan kurban untuk melunasi dosa-dosa manusia.

Dosa itu berawal dari kejatuhan Adam dan Hawa sehingga setiap orang yang lahir di dunia ini terkena situasi kedosaan tersebut.

Dosa ini biasa disebut dosa asal. Dalam perkembangan selanjutnya, manusia terus jatuh ke dalam dosa sehingga merusak relasi yang harmonis antara Allah dengan manusia.

Kisah sengsara bukan sekedar cerita belaka. Kisah sengsara memberi pelajaran bagi kita. Orang yang berpasrah kepada Allah seperti Yesus, akan memperoleh kehidupan abadi seperti Yesus yang bangkit dari kematian.

Kisah sengsara bukan untuk menimbulkan perasaan haru, tetapi untuk membuat kita makin menyadari bahwa Allah menyertai kita. Kisah sengsara ingin menunjukkan bahwa Allah selalu bersama kita.

Baca Juga: Renungan Harian Kristen, Kamis 14 April 2022: Lebih Dari Kisi Kisi

Yesus menghayati sengsara dan wafat-Nya sebagai bentuk kesetiaan-Nya kepada nasib manusia yang berdosa, dan sekaligus kesetiaan dan penyerahan total kepada Bapa. Yesus mengalami nasib seperti manusia, yakni kematian.

Tetapi Allah membangkitkan Dia pada hari ketiga sebagai tanda penerimaan penyerahan diri Anak-Nya dan memuliakan Dia dengan mengangkat Dia ke Surga.

Menurut orang-orang Yahudi maupun Romawi, hukuman mati disalib merupakan hukuman yang paling keji sehingga hanya diperuntukkan bagi mereka yang betul-betul jahat dan sangat besar kesalahannya. Apakah Yesus yang dihukum mati disalib berarti seorang penjahat?

Kisah sengsara Yesus berawal dengan penyerahan diri-Nya kepada lawan-lawan-Nya, namun Ia tampil sebagai tokoh yang penuh wibawa dan kuasa. Ia pun dihadapkan kepada pemimpin agama Yahudi, Imam Besar Hanas, dan di situ Petrus menyangkalnya sampai tiga kali.

Lalu Ia dihadapkan kepada pemimpin sipil Romawi, Pilatus. Akhirnya, Ia dijatuhi hukuman mati, disalibkan di antara dua penjahat, di salib-Nya tertulis INRI (Iesus Nazarenus, Rex Iudaeorum “Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi”), pakaian-Nya diundi, ibu-Nya hadir, lalu Ia wafat, dan lambung-Nya ditombak.

Baca Juga: Cek Bansos Kemensos Untuk Penerima Bantuan BPNT April 2022 dan BLT Minyak Goreng Total Rp500 Ribu

Kisah ditutup dengan pemakaman-Nya. Kematian Yesus disalib merupakan fakta historis, namun peristiwa itu telah menjadi peninggian dan pemuliaan-Nya.

Artinya, dari Yesus yang mati disalib itu telah terpancar daya penyelamatan Allah yang serentak daya penyelamatan-Nya sendiri.

Pengertian  tentang kematian disalib ini berbeda dengan gagasan yang terdapat dalam Injil Sinoptik, yaitu sebagai penebusan atau kurban silih atas dosa-dosa manusia.

Karena itu, dalam kisah sengsara dan kematian-Nya Yesus ditampilkan sebagai tokoh yang melebihi manusia, bahkan ilahi dan mengemudikan seluruh kejadian. Dengan demikian Kebenaran, yaitu realitas Allah yang menyelamatkan, menjadi nyata dalam pribadi Yesus Kristus.

Untuk memperoleh kemuliaan-Nya Yesus harus menjalani jalan salib. Karena itu sebagai pengikut Kristus sudah seharusnya kita tidak gampang mengeluh dan putus asa dalam menanggung beban penderitaan.

Yesus telah menunjukkan dan menjanjikan mahkota kemuliaan bagi yang setia mengikuti jalan salib-Nya.***


Editor: Edward Panggabean


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x