Rupiah Melemah Tipis Terhadap Dollar, Pasar Masih Cermati Paket Stimulus AS

- 8 Desember 2020, 18:38 WIB
Karyawan melayani pembelian uang dolar Amerika Serikat (AS) di sebuah tempat penukaran uang di Jakarta, Jumat 20 November 2020.
Karyawan melayani pembelian uang dolar Amerika Serikat (AS) di sebuah tempat penukaran uang di Jakarta, Jumat 20 November 2020. /Antara Foto/Puspa Perwitasari/wsj/

BERITA SUBANG - Nilai tukar rupiah yang di transaksikan pada pasar spot market (antar bank) Selasa, 8 Desember 2020, melemah tipis.

Hal ini seiring kekhawatiran pelaku pasar dalam mencermati perkembangan paket stimulus ekonomi di Amerika Serikat.

Seperti diberitakan ANTARA, rupiah melemah 5 poin atau 0,04 persen menuju posisi Rp 14.100 per dollar AS pada perdagangan spot market Selasa Sore, dibanding hari sebelumnya, yakni Rp 14.105 per dollar AS.

Baca Juga: Polisi Tegaskan Dua Senpi Dalam Baku Tembak di Jalan Tol Milik Anggota FPI

"Dari eksternal, pergerakan rupiah hari ini dipengaruhi sentimen bahwa pemerintah AS kemungkinan akan menuntaskan kesepakatan stimulus baru senilai AS$ 908 miliar," kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi, di Jakarta, Selasa, seperti dikutip ANTARA.

Seperti diberitakan kantor berita Reuters, pihak otoritas di California, negara bagian terpadat di AS, pada Senin memaksa sebagian besar penduduknya untuk patuh pada lockdown, yang berdampak pada penutupan toko, dan kewajiban tinggal di rumah selama sehari.

Hal ini dilakukan setelah negara bagian tersebut melaporkan rekor 30.000 lebih kasus baru Covid-19.

Baca Juga: GP Ansor Minta Aparat Usut Kepemilikan Senpi FPI

Menurut data ekonomi AS, perekonomian melambat karena stimulus fiskal yang telah digelontorkan sebelumnya telah habis diserap. Pelaku pasar sudah menyoroti

perlunya gelontoran paket bantuan baru dan Jumat, 11 Desember 2020 dipandang sebagai deadline yang penting karena pendanaan dari pemerintah akan berakhir.

Dilain pihak, pada pertemuan Brexit antara Inggris dan Uni Eropa Senin sore, dilaporkan mengalami kebuntuan, sehingga pertemuan selama tiga hari tersebut dipandang tidak produktif.

Dilaporkan dari berbagai kantor berita asing, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen akan berjuang menyelamatkan kesepakatan perdagangan yang dianggap penting untuk perekonomian Uni Eropa dan dunia.

***

 

Editor: Muhamad Al Azhari

Sumber: reuters Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah