Braga Co-working Space, Tempat Pemberdayaan Warga Lokal Kampung Braga di Kota Bandung

- 30 September 2023, 20:50 WIB

BERITA SUBANG - Di tengah hiruk pikuk Jalan Braga, Kota Bandung, berdiri kokoh sebuah bangunan bernuansa hijau stabilo. Di dalamnya terdapat beberapa setrika uap boiler beralaskan meja berwarna hitam untuk merapikan pakaian.

Beberapa lusin plastik pembungkus baju tergeletak di atas meja sebelah kiri bangunan. Di seberangnya, beberapa mesin jahit baru hasil hibah dari kerja sama Wika Gedung (WEGE) dengan Pemkot Bandung tampak sudah diselimuti debu.

Pelatihan-pelatihan untuk memberdayakan warga lokal Kampung Braga yang dulu sempat ramai kini nihil terlihat. Ruangan yang dulunya penuh dengan beragam macam suara kini hanya dipenuhi oleh suara desis wadah boiler, imbas dari alih fungsi Braga co-working space Kota Bandung menjadi tempat produksi tahapan akhir konveksi baju atau finishing.

“Di sini bagian finishing (baju), semua finishing. Kalau bikinnya di sana, di Pasko (Pasir Koja),” ucap salah satu pegawai Konveksi, Imas Rohaeti (54), sambil memakan sarapan nasi kuningnya, Jumat pagi.

Konveksi yang berlokasi di Gang Cikapundung, Kawasan Braga, Kota Bandung bernama Pitaloka ini telah menjadi tempatnya mencari rupiah sejak 2021, yaitu sejak dimulainya kerja sama antara pengelola co-working space Kecamatan Sumur Bandung dengan pemilik konveksi.

Ia mengaku, selama bekerja di tempat percontohan co-working space ini, penghasilan yang diterimanya sudah cukup. Dalam sebulan, ia bisa memperoleh Rp1,5 juta hingga Rp2,5 juta. Biaya itu cukup untuk menghidupi dirinya yang sudah ditinggalkan suami sejak lama.

“Ya per bulan itu bisa nyampe Rp2,5 juta lah, kalau lagi sepi paling sekitaran Rp1,5 juta, dulu pernah lagi rame-ramenya, sebulan bisa nyampe Rp7 jutaan,” ungkapnya.

“(Produknya) disalurkan buat (toko) online,” sahut salah satu pegawai Konveksi Pitaloka lainsecara tiba-tiba, Ros (49). Imas mengangguk mengiyakan. Di salah satu alat setrika boiler itu, terlihat seorang remaja sedang menyetrika kemeja hitam bergambar sekuntum bunga berwarna putih. Dari rata-rata umur pegawai di sana pada waktu itu, tampak ia yang paling muda.

“Saya sih kerja di sini ya karena dekat dengan rumah, terus nggak ada target juga, saya seneng sih kerja di sini,” jawabnya ketika ditanyai alasan memilih kerja di konveksi ini ketimbang di tempat lain.

Gedung yang sebelumnya sebagai co-working space yang berpenghasilan Rp20 juta per bulan dan memiliki 17 pegawai, kini telah menjadi tempat finishing konveksi baju sepenuhnya. Beragam pelatihan yang dulu dibanggakan warga dan segenap ‘tamu’ pemerintah daerah sudah jarang terlihat. Ke mana pelatihan-pelatihan itu kini?

Editor: Tommy MI Pardede


Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah