Mengenang Azyumardi Azra, Akademisi, Cendikiawan, Ulama, Penulis Buku dan Jurnalis Senior, Wafat Hari Ini

- 18 September 2022, 19:02 WIB
Indonesia berkabung, Prof. Dr. H. Azyumardi Azra, M.Phil., M.A., cendikiawan muslim, penulis, akademisi, jurnalis senior wafat hari ini, 18 September 2022
Indonesia berkabung, Prof. Dr. H. Azyumardi Azra, M.Phil., M.A., cendikiawan muslim, penulis, akademisi, jurnalis senior wafat hari ini, 18 September 2022 /Dok. muhammadiyah.or.id/

BERITA SUBANG - Prof. Dr. H. Azyumardi Azra, M.Phil., M.A., CBE. merupakan cendikiawan muslim ternama di Indonesia, yang pemikiran maupun hasil karyanya dihormati tidak hanya di dalam negeri, tapi juga di berbagai forum internasional.

Ia meninggal dunia hari ini, Minggu, 18 September 2022 di usia 67 tahun. Tak hanya insan pers yang berkabung atas kepergiannya, Azyumardi akan dikenang oleh masyarakat di Indonesia sebagai cendikiawan, akademisi, ulama, penulis buku dan sejarawan berpengaruh.

Mungkin sudah menjadi garis tangannya, Azyumardi, yang pernah menjadi jurnalis di majalah legendaris Panji Masyarakat (1979-1985), mengakhiri karirnya sebagai orang nomor satu di lembaga independen yang dibentuk untuk melindungi kemerdekaan pers dan meningkatkan kualitas kehidupan pers berdasarkan UU Nomor 40 Tahun 1999.

Azyumardi menjabat Ketua Dewan Pers sejak 19 Mei 2022 lalu, menggantikan Mohammad Nuh.

Rektor UIN Syarih Hidayatullah periode 1998-2006, yang lahir di Lubung Alung, Padang Pariaman, Sumatera Barat pada 4 Maret 1955 tersebut, dikenal luas sebagai cendikiawan Muslim yang disegani dan berfikiran moderat.

Di 2020, ketika terjadi gesekan yang mengancam kebebasan hak beragama warga Syiah dan Ahmadiyah di Indonesia, ia bersuara lantang. Secara khusus, ia meminta Menteri Agama Yaqut Cholil Quomas agar pemerintah mengafirmasi urusan minoritas.

"Terutama bagi mereka yang memang sudah tersisih dan kemudian terjadi persekusi, itu perlu afirmasi," kata Azyumardi kala itu.

Azyumardi sangat kritis terhadap toleransi beragama, tak hanya di Indonesia, tapi juga di dunia. Ia kerap mencontohkan pemeluk agama minoritas seringkali kesulitan mendirikan tempat ibadah di berbagai belahan dunia.

Baca Juga: Cendikiawan Muslim Azyumardi Azra Wafat, Kena Serangan Jantung di Pesawat

"Di wilayah yang mayoritas Kristen, itu Katolik susah bikin gereja.Yang mayoritas Katolik, orang Kristen juga susah untuk membangun," kata Azyumardi pada sebuah acara diskusi online di 2020.

Professor Azumardi juga sering membagikan ilmunya terkait Sejarah Islam di Asia Tenggara. Ia sering memberi kuliah terkait kedatangan Islam di Asia Tenggara, yang dalam beberapa kali kesempatan, ia mengulas Teori Mata Air (Islam datang dari macam-macam sumber).

Para ulama yang membawa ajaran agama Islam, menurut salah satu ulasan Azumardi, datang ke Indonesia dengan proses vernakulasi, yakni dibahasakan dengan konteks lokal, dan mengakomodasi dan akultutasi budaya lokal. Hal ini menjadikan Islam melekat dengan budaya dan Islam yang berkembang memiliki ortodoksi sendiri.

Ia kerap berbagi ilmu dalam berbagai kesempatan, diantaranya terkait konsolidasi Islam pada abad 16-17 ketika jaringan ulama melakukan ortodoksi islam Asia Tenggara, yang membentuk tiga ortodoksi yakni: teologi/kalamnya adalah Asy’ariyah, kemudian fiqihnya adalah Madzhab Syafi’i, dan tasawufnya adalah tasawuf ‘amali yang dipopulerkan oleh Al Ghazali.

Sangat dikenal di Timur Tengah, Prof. Azra pernah memaparkan teorinya kalau Great Tradition tidak hanya ada di Timur Tengah, tetapi Islam Nusantara juga mempunyai Great Tradition yang berupa ortodoksi yang disebutkan di atas.

Tidak hanya menguasai sejarah Islam, Prof. Azumardi juga merupakan cendikiawan yang mampu mendemonstrasikan kolaborasi ilmu-ilmu sosial dengan ilmu lainnya, seperti antropilogi, psikologi dan sosisologi. Ia menulis banyak buku dan jurnal yang ditulis begitu mengalir, berpijak pada data dan fakta sejarah.

Berikut beberapa karya tulis, dan buku yang pernah ia terbitkan atau terlibat di dalamnya:

  • Jaringan Ulama, terbit tahun 1994
  • Pergolakan Poitik Islam, terbit tahun 1996
  • Islam Reformis, terbit tahun 1999
  • Konteks Berteologi di Indonesia, terbit tahun 1999
  • Menuju Masyarakat Madani, terbit tahun 1999
  • Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, terbit tahun 1999
  • Esei-esei Pendidikan Islam dan Cendekiawan Muslim,1999
  • Renaisans Islam di Asia Tenggara – buku ini berhasil memenangkan penghargaan nasional sebagai buku terbaik untuk kategori ilmu-ilmu sosial dan humaniora pada tahun 1999, terbit tahun 1999
  • Islam Substantif, terbit tahun 2000
  • Historiografi Islam Kontemporer: Wacana, Aktualitas dan Aktor Sejarah (2002)
  • Paradigma Baru Pendidikan Nasional: Rekonstruksi dan Demokratisasi (2002)
  • Reposisi Hubungan Agama dan Negara (2002)
  • Menggapai Solidaritas: Tensi antara Demokrasi, Fundamentalisme, dan Humanisme (2002)
  • Konflik Baru Antar-Peradaban: Globalisasi, Radikalisme, dan Pluralitas
  • Islam Nusantara: Jaringan Global dan Lokal (2002)
  • Surau: Pendidikan Islam Tradisional dalam Transisi dan Modernisasi (2003)
  • Disertasi doktor berjudul “The Transmission of Islamic Reformism to Indonesia: Network of Middle Eastern and Malay-Indonesian ‘Ulama in the Seventeenth and Eighteenth Centuries’”, pada tahun 2004 sesudah direvisi diterbitkan secara simultan di Canberra (Allen Unwin dan AAAS), di Honolulu (Hawaii University Press), dan di Leiden Negeri Belanda (KITLV Press).
  • Indonesia Bertahan (DARI MENDIRIKAN NEGARA HINGGA MERAYAKAN DEMOKRASI) 2020

Pernah memperoleh gelar kehormatan Commander of the Order of British Empire, yang merupakan gelar kehormatan dari Kerajaan Inggris, Azyumardi menjadi 'Sir' pertama dari Indonesia.

Di abad serba digital dan di masa ketika ekosistem media massa dipengaruhi kuat oleh mesin pencarian terbesar di dunia, yakni Google, rekam jejak pencarian (queries) untuk nama Azyumardi Azra, membentang luas dari berbagai aspek keilmuan. Simak saja queries berikut ini: Azyumardi Azra pendidikan islam tradisi dan modernisasi menuju milenium baru, Azyumardi Azra pendidikan islam, Azyumardi Azra pdf.

Ada juga queries: Azyumardi Azra kultur hybrid, Azyumardi Azra kerajaan maritim, menurut Azyumardi Azra Islam yang datang ke indonesia berasal dari, hingga banyak juga queries: download buku Azyumardi Azra pdf, Azyumardi Azra Islam liberal, Azyumardi Azra jaringan ulama timur tengah pdf, Azyumardi Azra karir, multikulturalisme menurut Azyumardi Azra, selain juga banyak yang mencari biografi Azyumardi Azra.

Semua queries tersebut merupakan legacy digital Prof. Azyumardi Azra yang akan tersimpan abadi di dunia maya. Kebanyakan dari hasil pencarian akan membawa pengunjung ke situs-situs informatif, dan mencerdaskan.

Pengguna internet mungkin juga akan menemukan informasi bahwa Azyumardi Azra merupakan orang Asia Tenggara pertama yang di angkat sebagai Professor Fellow di Universitas Melbourne, Australia (2004-2009), dan anggota Dewan Penyantun (Board of Trustees) Universitas Islam Internasional Islamabad Pakistan (2004-2009).

Profil dan biografi singkat Azyumardi Azra

Untuk yang ingin mengetahui biografi Azyumardi Azra, berikut ringkasannya.

Prof. Azyumardi merupakan mahasiswa sarjana di Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 1982. Ia sempat menerima bantuan beasiswa Fulbright yang mengantarkannya mendapakan gelar Master of Art (MA) pada Departemen Bahasa dan Budaya Timur Tengah, Universitas Columbia tahun 1988.

Cerdas dan berbakat dalam dunia akademisi, Azyumardi memenangkan beasiswa Columbia President Fellowship dari kampus yang sama, tetapi kali ini Azyumardi pindah ke Departemen Sejarah, dan memperoleh gelar MA pada 1989.

Di tahun 1992, ayah dari empat anak ini memperoleh gelar Master of Philosophy (MPhil) dari Departemen Sejarah, Universitas Columbia tahun 1990, dan Doctor of Philosophy dengan disertasi berjudul The Transmission of Islamic Reformism to Indonesia: Network of Middle Eastern and Malay-Indonesian ‘Ulama ini the Seventeenth and Eighteenth Centuries.

Usai melanglang buana di luar negeri, Azyumardi kembali ke ibu kota Indonesia, Jakarta pada tahun 1993 Azyumardi. Di tahun ini, ia mendirikan sekaligus menjadi pemimpin redaksi Studia Islamika, sebuah jurnal Indonesia untuk studi Islam.

Kemudian pada tahun 1994-1995 Prof. Azyumardi mengunjungi Southeast Asian Studies pada Oxford Centre for Islamic Studies, Universitas Oxford, Inggris, sambil mengajar sebagai dosen pada St. Anthony College.

Meski ia sudah bermukim permanen di Jakarta, rekan-rekannya di luar negeri kerap mengundangnya di berbagai acara internasional. Prof. Azyumardi pernah menjadi profesor tamu pada Universitas Filipina dan Universitas Malaya, Malaysia keduanya pada tahun 1997.

Ia juga menjadi anggota dari Selection Committee of Southeast Asian Regional Exchange Program (SEASREP) yang diorganisir oleh Toyota Foundation dan Japan Center, Tokyo, Jepang antara tahun 1997-1999.

Prof. Azyumardi memang dikenal sngat aktif di kampus almamaternya, yang sudah berubah nama menjadi UIN Syarif Hidayatullah.

Ketika masih bernama IAIN Syarif Hidayatullah, Prof. Azyumardi membantu kampusnya tersebut sebagai Dosen Fakultas Adab dan Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta dari 1992. Profesi dosen ini digeluti hingga akhir hayatnya.

Ia juga pernah menjadi Guru Besar Sejarah Fakultas Adab IAIN Jakarta, dan Pembantu Rektor I IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta pada 1998. Di tahun yang sama, atau sejak 1998-2006, Prof. Azyumardi didaulat menjadi Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Paska ia melepas jabatan tersebut, sejak Desember 2006 ia tetap menjabat Direktur Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Azyumardi Azra, Profesor ahli sejarah, sosial, dan intelektual Islam ini melakukan banyak terobosan ketika menjadi Rektor pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Beberapa terobosannya menjadi legacy, atau peninggalan dari akademisi ternama ini untuk kampusnya tercinta, IAIN, yang berubah nama menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 

Nama IAIN diubah menjadi UIN karena pemimpin di kampus tersebut melanjutkan ide Rektor terdahulu Prof. Dr. Harun Nasution, yang menginginkan lulusan IAIN haruslah menjadi orang yang berpikiran rasional, modern, demokratis, dan toleran.

Selain terkenal sebagai cendikiawan, Azyumardi Azra pernah menjadi Wartawan di majalah Panji Masyarakat pada tahun 1979 sampai 1985. Di majalah tersebut, ia dan rekan-rekannya termasuk Komaruddin Hidayat, Muhammad Syafii Anwar, membangun kapasitas intelektualnya dan rekam jejaknya sebagai jurnalis senior sekaligus cendikiawan Muslim.

Azyumardi menikah dengan Ipah Farihah. Ia dikaruniai empat anak, yakni Raushanfikri Usada, Firman El-Amny Azra, Muhammad Subhan Azra, dan Emily Sakina Azra.

Mengenang berbagai pencapaian dan hasil karya Prof. Azyumardi, berikut beberapa daftar penghargaan yang pernah disabetnya:

  • Penulis Paling Produktif, dari Penerbit Mizan, Bandung, tahun 2002
  • Commander of the Most Excellent Order of the British Empire(CBE), dari Kerajaan Britania Raya, tahun 2010.
  • Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture (SML) dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), tahun 2017.
  • Order of Rising Sun: Gold and Silver Star, dari Kaisar Jepang, tahun 2017.

 ***

Editor: Muhamad Al Azhari


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x