KPK Endgame, Cerita Non Muslim yang Dituduh Taliban

- 10 Juni 2021, 16:00 WIB
Kelompok yang menamakan diri Gerakan Rakyat Untuk Keadilan Indonesia (Gerak Indonesia) melakukan aksi unjuk rasa di depan Kantor Komnas HAM Jakarta, Rabu. 9 Juni 2021 untuk mempertanyakan maksud pemanggilan Ketua KPK Firli Bahuri terkait pelanggaran ham dalam tes wawasan kebangsaan
Kelompok yang menamakan diri Gerakan Rakyat Untuk Keadilan Indonesia (Gerak Indonesia) melakukan aksi unjuk rasa di depan Kantor Komnas HAM Jakarta, Rabu. 9 Juni 2021 untuk mempertanyakan maksud pemanggilan Ketua KPK Firli Bahuri terkait pelanggaran ham dalam tes wawasan kebangsaan /ANTARA/Muhammad Zulfikar

BERITA SUBANG - KPK End Game, film dokumenter terbaru garapan rumah produksi Watchdoc Documentary resmi diputar sejak Sabtu 5 Juni 2021 lalu. Sekilas mengenai KPK End Game, dibuat berdasarkan teaser yang diunggah di kanal YouTube Watchdo.

Film bergenre dokumenter tersebut menyuarakan aspirasi pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang tersingkir karena Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) sebagai tes alih daya menjadi pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN) di lembaga antirasuah.

Uniknya, puluhan pegawai KPK yang gagal menjadi ASN ini kebetulan adalah orang-orang yang tengah menangani kasus besar, di antaranya kasus korupsi Bansos yang melibatkan mantan Menteri Sosial (Mensos), Juliari Batubara hingga kasus simulator SIM yang melibatkan mantan petinggi Polri, yaitu Djoko Susilo.

Bahkan sebagian pegawai KPK yang harus tersingkir merupakan orang-orang yang punya kompetensi hebat dalam menangani pencarian tersangka kasus dugaan suap pergantian antarwaktu (PAW) anggota DPR, Harun Masiku yang sedari setahun lalu belum juga menemukan titik terang.

 Dalam film ini juga memperlihatkan banyak serangan terhadap KPK dari dalam dan luar, termasuk dengan menyerang dengan informasi tidak benar alias kabar burung mengenai KPK.

Film yang berdurasi kurang lebih dua jam ini juga mengungkapkan kesaksian 16 dari 51 pegawai KPK yang dinonaktifkan. Mereka memberikan kesaksian bahwa TWK dinilai diskriminatif dan tidak masuk akal.

Mereka menyayangkan pertanyaan tes tersebut justru tak ada hubungannya dengan kompetensi mereka sebagai orang yang menangani kasus korupsi. Tes itu lantas muncul sebagai kontroversi baru di tengah publik.

Adapun, pertanyaan yang dimaksud seperti, lebih memilih Pancasila atau Alquran? Mau tidak untuk melepas kerudung? Kalau pacaran ngapain aja? Kenapa belum menikah? dan justru dari pengakuan mereka, tak ada satupun dari pertanyaan yang dilontarkan terkait bagian pekerjaan mereka di lembaga antirasuah.***

Editor: Tommy MI Pardede


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x