PGI dan PB Alkhairaat Kecam Pelaku Pembunuhan di Sigi

29 November 2020, 11:50 WIB
Keluarga korban dan warga Desa Lembantongoa mengikuti ibadah proses pemakaman empat korban pembantaian sadis di Sigi, Sabtu (29/11). /Twitter/@ProjoSrikandi

BERITA SUBANG-Majelis Pekerja Harian (MPH) Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) mengecam perbuatan pelaku pembantaian terhadap korban satu keluarga, di Desa Lemban Tongoa, Sigi, Sulawesi Tengah, Jumat, 28 Agustus 2020 sekitar Pukul 09.00 Wita.

Dalam siaran pers, Sabtu 28 November 2020, Gomar Gultom megatakan PGI mendesak pemerintah dan aparat keamanan untuk segera mengusut tuntas kasus ini dengan, menangkap dan menindak tegas para pelaku pembantaian biadab ini.

"PGI mengutuk pembantaian 4 warga dan pembakaran sejumlah rumah warga serta satu rumah warga yang dijadikan tempat ibadah bagi warga Nasrani yang terjadi di Dusun Lewonu. Kejadian ini mempertontonkan perilaku barbar dan biadab yang harus dikecam oleh semua orang beradab," tegas Gomar.

Baca: Nasdem PDIP dan PSI Minta Polis Bergerak Cepat Atasi Teror Sigi

Terjadinya peristiwa itu PGI turut berbelarasa dan keprihatinan yang mendalam kepada keluarga yang berduka, dan kepada jemaat Gereja Bala Keselamatan di Desa Lemban Tongoa atas peristiawa tersebut.

"Selain itu, perlu dikordinasikan tindakan cepat untuk memulihkan trauma keluarga korban dan masyarakat sekitar, serta memberikan jaminan keamanan dan ketentraman bagi masyarakat agar tidak ada lagi ancaman teror," ujar Gomar.

PGI mengimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang, memelihara kerukunan dan persaudaraan, sambil sepenuhnya mendukung upaya pemerintah untuk menangani kasus ini.

"Mendorong peran tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk bersikap proaktif dalam penanggulangan gerakan ekstremisme yang melegalkan cara-cara terror yang sungguh menodai nilai-nilai luhur agama maupun kebangsaan," tuturnya.

Baca : PGI Negara Perlu Hadir Di Seluruh Pelosok Negeri Untuk Memulihkan Rasa Aman Masyarakat

PGI juga mengajak gereja-gereja dan umat beragama lainnya untuk tekun berdoa agar tragedi kemanusiaan di Sulawesi Tengah segera terselesaikan, dan keluarga para korban serta masyarakat lainnya diberi kekuatan dan perlindungan.

"Kami terus mendoakan dan mendukung semua langkah dan upaya pemerintah untuk memelihara keamanan dan ketentraman masyarakat di Negara Kesatuan Republik Indonesia yang bebas dari aksi teror dan estremisme," tandasnya.

Sementara itu Ketua Pengurus Besar (PB) Alkhairaat Habib Ali bin Muhammad Aljufri mengecam keras aksi pembantai satu keluarga itu, aksi tersebut bukanlah merupakan anjuran maupun ajaran dari agama manapun apalagi Islam.

Dia mengajak seluruh masyarakat Sulteng tanpa terkecuali dan abnaulkhairaat agar tidak mudah terprovokasi atas kejadian itu dan tetap menjaga persatuan antara sesama umat tanpa memandang agama, suku dan ras. Dan mengajak semua elemen buntuk menolak segala bentuk kekerasan.

"Saya mengimbau agar tetap tenang dan tidak ikut-ikutan memberikan komentar maupun mengunggah foto-foto apapun yang berkaitan dengan peristiwa tersebut di media sosial," ujar Habib Ali, seperti dikutip dari Antara.

Dia menilai jangan sampai peristiwa ini dimanfaatkan oleh orang yang tidak bertanggungjawab dengan memecah belah kerukunan masyarakat Sulteng.

“Jaga persatuan yang sudah ada. Kita rawat dengan baik amanah yang sudah ada ini,” ucapnya seraya meminta aparat keamanan segera mengusut dengan tuntas atas peristiwa tersebut.

Kepala Kepolisian Resor Sigi AKBP Yoga Priyahutama menduga pelaku kekerasan menyebabkan korban jiwa adalah kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso.

“Terindikasi seperti itu ada kemiripan dari saksi-saksi yang melihat langsung saat kejadian yang kami konfirmasi dengan foto-foto (DPO MIT Poso) ada kemiripan. Terindikasi,” kata Kapolres Sigi AKBP Yoga Priyahutama yang dihubungi Antara di Palu, Sabtu.

Yoga menyampaikan situasi terakhir sudah kondusif, bahkan pihak Brimob, Polres, dan Satgas telah melakukan pemulihan trauma (healing) kepada warga. Sedangkan tim Satgas Operasi Tinombala saat ini sedang mengejar terduga pelaku.

Diberitakan sebelumnya, satu keluarga yang terdiri Suami, Istri, anak dan menantu dibantai secara mengerikan oleh orang tak dikenal. Dari keterangan Sekretaris Desa Lembatongoa Rifai, korban berjumlah empat orang.

Akibat kejadian ini sejumlah warga yang bermukim dekat rumah korban bersembunyi, mengungsi, dan ada pula yang melarikan diri.***

Editor: Edward Panggabean

Tags

Terkini

Terpopuler