Kisah Nabi Isa dalam Al Qur'an, Dikenal Sebagai Ulul 'Azmi, Ia Memiliki Keistemewaan yang Agung

- 22 November 2022, 13:47 WIB
Ilustrasi kitab suci Alquran*/
Ilustrasi kitab suci Alquran*/ /Iwan Rahmansyah

BERITA SUBANG - Nabi Isa merupakan salah satu nabi yang diberi kedudukan yang tinggi di sisi Allah SWT. Ia dikenal agung di antara para nabi yang dikenal sebagai ulul ‘azmi. Allah subhanahu wa ta‘ala mengkhususkan Nabi Isa AS dengan keistimewaan yang agung, yakni Allah menciptakannya tanpa seorang bapak.

Kisahnya pun banyak disebutkan dalam Al Qur’an, yang selengkapnya dapat kita simak sebagai berikut.

Keistimewaan Nabi Isa ‘alaihissalam yang dianugerahi Allah subhanahu wa ta‘ala lahir tanpa adanya sosok seorang ayah tidaklah sulit bagi Allah. Bahkan, bukankah Allah telah menciptakan Nabi Adam ‘Alaihissalam tanpa bapak dan ibu? Allah ta‘ala berfirman:

إِنَّ مَثَلَ عِيسَىٰ عِنْدَ اللهِ كَمَثَلِ آدَمَ خَلَقَهُ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ

“Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa bagi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah memunculkannya dengan mudah dan tanpa lelah. ” (QS Ali ‘Imran: 59).

Ibunda Nabi Isa, yaitu Sayyidah Maryam ‘alaihaassalam sendiri adalah perempuan yang mulia. Allah menyifatinya dalam Al Qur’an dengan gelar ash-shiddiqah. Maryam tumbuh besar dalam kesucian dan jauh dari maksiat.

Ia terdidik dalam kondisi bertakwa kepada Allah, melaksanakan semua kewajiban, menjauhi semua perkara haram, dan memperbanyak amalan-amalan sunah.

Para malaikat memberikannya kabar gembira bahwa Allah subhanahu wa ta‘ala memilihnya di antara seluruh perempuan yang ada, dan Allah menyucikannya dari segala perbuatan kotor dan hina. Allah ta‘ala berfirman:

وَإِذْ قَالَتِ الْمَلَائِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللهَ اصْطَفَاكِ وَطَهَّرَكِ وَاصْطَفَاكِ عَلَىٰ نِسَاءِ الْعَالَمِينَ.

“Dan (ingatlah) ketika malaikat (Jibril) berkata: ‘Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia.’” (QS Ali ‘Imran: 42).

Suatu hari Allah mengutus Jibril kepada Sayyidah Maryam dalam rupa seorang pemuda yang putih mukanya. Ketika Sayyidah Maryam melihat Jibril, beliau tidak mengenalinya, lalu Maryam takut kepadanya, bingung, dan mengkhawatirkan keselamatan dirinya.

Sayyidah Maryam mengira Jibril adalah seorang manusia yang datang untuk mengganggunya.

Maka Sayyidah Maryam mengatakan apa yang Allah beritakan dalam Al Qur’an:

قَالَتْ إِنِّي أَعُوذُ بِالرَّحْمَٰنِ مِنْكَ إِنْ كُنْتَ تَقِيًّا.

“Maryam berkata: Sesungguhnya aku berlindung darimu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa.” (QS Maryam: 18).

Seolah Maryam berkata, “Wahai Jibril, jika Anda orang yang bertakwa dan taat kepada Allah, maka janganlah melakukan keburukan terhadapku.” Maka Jibril berkata bahwa ia diutus kepadanya untuk memberikan anak yang shalih yang bersih dari segala dosa.

Lalu Maryam berkata, “Bagaimana mungkin aku mempunyai seorang anak padahal tidak ada suami yang mendekatiku dan aku juga bukan pendosa dan pelaku zina?” Jibril pun menjawab, bahwa menciptakan seorang anak tanpa bapak adalah mudah bagi Allah dan Allah akan menjadikannya pertanda bagi manusia dan bukti kesempurnaan atas kekuasaan (qudrah) Allah, serta menjadi rahmat dan nikmat bagi orang yang mengikuti, mempercayai, dan beriman kepada-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta‘ala berfirman:

فَحَمَلَتْهُ فَانْتَبَذَتْ بِهِ مَكَانًا قَصِيًّا، فَأَجَاءَهَا الْمَخَاضُ إِلَىٰ جِذْعِ النَّخْلَةِ قَالَتْ يَا لَيْتَنِي مِتُّ قَبْلَ هَٰذَا وَكُنْتُ نَسْيًا مَنْسِيًّا، فَنَادَاهَا مِنْ تَحْتِهَا أَلَّا تَحْزَنِي قَدْ جَعَلَ رَبُّكِ تَحْتَكِ سَرِيًّا، وَهُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسَاقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا، فَكُلِي وَاشْرَبِي وَقَرِّي عَيْنًا ۖ فَإِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ الْبَشَرِ أَحَدًا فَقُولِي إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَٰنِ صَوْمًا فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنْسِيًّا.

“Maka Maryam mengandung, lalu ia mengasingkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksanya (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: ‘Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak diperhatikan, lagi dilupakan.’ Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: ‘Janganlah engkau bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: ‘Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini.’” (QS Maryam: 22-26).

Malaikat Jibril pun meniup kerah baju Sayyidah Maryam, maka beliau mengandung Nabi Isa. Kemudian Maryam mengasingkan diri dengan kandungannya itu dan menjauh, karena takut diolok-olok masyarakat sebab ia melahirkan tanpa suami.

Rasa sakit menjelang kelahiran pun mengantarkan Sayyidah Maryam ke batang sebuah pohon kurma yang sudah kering. Di sana karena takut disakiti orang, Sayyidah Maryam berharap untuk mati. Maka Jibril memanggilnya dari sebuah tempat di bawahnya, di lereng sebuah gunung untuk menenangkannya dan memberitahukan kepadanya bahwa Allah menjadikan sungai kecil di dekatnya.

Jibril pun memerintahkannya agar menggoncang batang pangkal pohon kurma tersebut sehingga berguguran ruthab (kurma yang mulai enak dimakan) yang masih segar, agar Maryam makan dan minum dari rezeki yang Allah berikan kepadanya, dan agar ia senang.

Jibril juga mengatakan kepadanya supaya berkata kepada orang yang melihatnya dan bertanya kepadanya tentang putranya: “Aku telah bernazar kepada Allah untuk tidak berbicara kepada seorang pun.” Nazar seperti ini sah dalam syari’at-syari’at terdahulu.

Akhirnya, setelah proses melahirkan yang penuh berkah, Sayyidah Maryam pun kembali kepada kaumnya membawa putranya Isa sebagaimana Allah tegaskan dalam Al Qur’an:

 فَأَتَتْ بِهِ قَوْمَهَا تَحْمِلُهُ قَالُوا يَا مَرْيَمُ لَقَدْ جِئْتِ شَيْئًا فَرِيًّا

“Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: ‘Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar.’” (QS Maryam: 27).

Kaumnya pun mengatakan pada Maryam bahwa beliau telah melakukan perbuatan mungkar yang besar. Mereka berburuk sangka kepada Maryam, menyalah-nyalahkan dan menyakitinya, sementara Maryam tetap diam dan tidak menjawab, karena ia telah memberitahukan kepada mereka bahwa ia telah bernazar kepada Allah untuk tidak berbicara.

Ketika keadaan menjadi sulit, maka Maryam menunjuk kepada Isa agar mereka berbicara kepadanya. Ketika itulah, mereka berkata kepada Maryam apa yang Allah beritakan dalam Al Qur’an dengan firman-Nya:

فَأَشَارَتْ إِلَيْهِ قَالُوا كَيْفَ نُكَلِّمُ مَنْ كَانَ فِي الْمَهْدِ صَبِيًّا.

“Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: ‘Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?’” (QS Maryam: 29).

Ketika itulah, Allah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu dengan qudrah-Nya menjadikan Isa mampu berbicara, meski saat itu ia masih berupa bayi yang menyusu. Maka Isa mengatakan apa yang Allah sebutkan dalam Al Qur’an:

 قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللهِ.

“Isa berkata: Sesungguhnya aku ini hamba Allah…” (QS Maryam: 30).

Allah menjadikannya mampu berbicara saat masih dalam buaian. Dan kalimat pertama yang diucapkan Isa ‘alaihissalam adalah abdullah, sebagai pengakuan akan kehambaannya kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, Zat yang tidak melahirkan dan dilahirkan.

وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا، وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا، وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ.

“Dia memberiku al Kitab (Injil) dan Dia menjadikanku seorang nabi. Dan Dia menjadikanku seorang yang diberkati di mana saja aku berada. Dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup. Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.” (QS Maryam: 30-33).

Nabi Isa pun tumbuh dengan baik. Lalu ia menghafal kitab Taurat dan mengamalkan syari‘atnya, hingga Allah menurunkan wahyu kepadanya. Maka ia berbicara kepada Bani Israil, mengatakan apa yang Allah beritakan dalam Al Qur’an:

وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ ۖ فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَٰذَا سِحْرٌ مُبِينٌ

“Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: ‘Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).’ Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: ‘Ini adalah sihir yang nyata.’” (QS Ash-Shaff: 6).

Lalu Nabi Isa berdakwah kepada kaumnya seperti halnya semua nabi dan rasul. Ia mengajak kaumnya kepada Islam, beribadah kepada Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Akan tetapi, kaumnya mendustakannya, iri terhadapnya, dan menudingnya sebagai seorang penyihir, dan tidak ada yang beriman kepadanya kecuali jumlah yang sedikit.

Kaumnya mulai menyakitinya dan berupaya membunuhnya, akan tetapi Allah menjaganya dan mengangkatnya ke langit seperti disebutkan dalam Al Qur’an. Nabi Isa, seperti utusan-utusan Allah yang lain, telah menyampaikan berita gembira tentang penutup para nabi, yakni nabi kita Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam dan mewasiatkan kepada para pengikutnya agar mengikuti Muhammad dan membelanya jika mereka mendapati masanya diutus.

Abu Sa’d an-Naysaburi dalam kitabnya, Syaraf al-Mushthafa telah meriwayatkan, bahwa suatu ketika ada empat orang yang berangkat dari Yaman menuju Makkah di awal masa diutusnya Rasulullah. Di antara mereka ada seorang yang bernama Ja’d bin Qays al Murâdiyy.

Malam pun tiba, ketika mereka berada di padang yang terbuka, maka mereka singgah di sebuah tempat dan tidur, kecuali Ja’d bin Qays al Murâdiyy. Tiba-tiba Ja’d mendengar suara tanpa rupa, berkata kepadanya:

 أَلَا أيُّهَا الرَّكْبُ الْمُعَرِّسُ بَلِّغُوْا :: إِذَا مَا وَصَـلْتُمْ لِلْحَطِيـمِ وَزَمْزَمَا مُحَمَّدَنِ الْمَبْعُـوْثَ مِنَّــا تَحِيَّــةً :: تُشَــيِّعُهُ مِنْ حَيْثُ سَــارَ وَيَمَّمَا وقُوْلُوْا لَهُ إِنَّـا لِـدِيْنِكَ شِــــيْعَةٌ :: بِذٰلِكَ أَوْصَانَا الْمَسِيْحُ ابنُ مَرْيَمَا

“Wahai rombongan yang sedang beristirahat, jika kalian sampai ke Hathim dan Zamzam, sampaikanlah dari kami ucapan salam kepada Muhammad yang diutus oleh Allah. Keselamatan semoga selalu menyertainya ke mana pun ia berjalan dan bepergian, katakanlah kepadanya: Kami adalah pendukung-pendukung agamamu, dengan inilah al Masih Ibnu Maryam berpesan kepada kami.”

Ternyata suara tersebut berasal dari seorang jin mukmin yang mendapati masa Nabi Isa sebelum diangkat ke langit. Jin ini beriman kepada Nabi Isa dan mendengar wasiatnya untuk beriman kepada Rasulullah dan mengikutinya ketika ia muncul.

Jin ini berpesan kepada Ja’d agar menyampaikan salamnya kepada Rasulullah jika ia telah sampai di Makkah. Ketika rombongan tersebut sampai ke Makkah, Ja’d bertanya kepada penduduk Makkah tentang Rasulullah, hingga akhirnya Ja’d bertemu dengan Rasulullah, beriman kepadanya, dan masuk Islam.

Peristiwa ini terjadi sebelum kabar tentang Rasulullah tersebar di jazirah Arab. Dalam kisah ini juga terdapat tambahan penjelasan bahwa Nabi Isa datang membawa agama Islam seperti halnya semua nabi yang lain, sebagaimana sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh al Bukhari:

 اَلْأَنْبِيَاءُ إِخْوَةٌ لِعَلَّاتٍ دِيْنُهُمْ وَاحِدٌ وَأُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى، وَأَنَا أَوْلَى النَّاسِ بِعِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ لَيْسَ بَيْنِيْ وَبَيْنَهُ نَبِيٌّ

“Para nabi bagaikan saudara-saudara seayah, (yakni agama mereka satu, yaitu Islam) dan ibu-ibu mereka (yakni syari‘at-syari‘at mereka) berbeda-beda, dan aku adalah orang yang paling dekat dengan Isa bin Maryam, tidak ada nabi lain antara diriku dan Nabi Isa. ” (HR al Bukhari).

***

Ikuti berita kami melalui Google News

 

Editor: Muhamad Al Azhari


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x