Batu-batu yang dilemparkan oleh orang-orang tersebut telah menumpahkan darah seorang pengikut Kristus yang setia. Kematian pun mengakhiri hidup Stefanus.
Kematian memang mengakhiri hidup Stefanus dan mengantarkan rohnya kembali ke Surga mulia (ay. 59), tetapi sekaligus membuktikan bahwa kematian tersebut tidaklah sia-sia.
Kematian Stefanus justru membangkitkan semangat para murid lainnya (Kis. 8:5, 14) untuk tetap setia melayani pekerjaan Tuhan. Darah Stefanus menjadi benih bagi gereja Tuhan.
Ia adalah benih kehidupan dalam diri banyak orang yang belum mengenal Kristus, khususnya Rasul Paulus.
Bagi seorang martir Kristus, kematian bukanlah akhir dari segala-galanya.
Ia menjadi benih kehidupan bagi banyak orang. Sebab, darah martir adalah benih bagi gereja. Perkembangan gereja Tuhan di seluruh dunia berjalan dengan logika ini.
Demikian renungan harian Kristen, 27 April 2022.***