Marthin Saba, Penyanyi dan Aktivis Pelayanan Akan Dikebumikan di Bandung, Ini Kisahnya

- 8 Februari 2021, 11:48 WIB
Marthin Saba
Marthin Saba /Ari Marifat/

Ari menyebut Marthin sebagai cahaya hangat kegembiraan

“Ketika hadir bersama2 menjadi sahabat yang setia, kakak yang penyayang, guru yang membimbing. Dan ketika pergi meninggalkan kebaikan di semua tempat dan orang yang bersentuhan dengan cerita hidupnya," tulis Ari.

Baca Juga: Pendiri GBI Mawar Saron Pdt Jacob Nahuway Meninggal Dunia, Ini Kisah Hidupnya

Dalam karier bermusik sekuler, Marthin Saba terakhir bergabung di Band KSP. Grup ini terbentuk dari sebuah komunitas kampus di Bandung. Grup ini mempunyai jumlah personil yang cukup banyak yakni 13 orang. Oleh karena itu, dengan mengambil konsep big band mereka coba menampilkan lagu bergendre jazz.

"Sebenarnya kita berawal dari band kampus Unpar (Bandung). Dulu semua personil dari 1 kampus, tapi sekarang tidak lagi ada personil dari luar. Kita konsepnya big band (13 personil), bukan karena banyaknya orang tapi kita pengen nunjukin yang bagus," ujar Uchy Amyrtha rekan satu grup Marthin Saba di KSP.

Band yang kerap tampil di acara festival jazz juga sempat mengeluarkan album dengan mencoba memakai hits single ciptaan Fariz RM yang berjudul Hasrat dan Cinta yang lebih banyak sentuhan jazz, pop rock, latin, hiphop, dan RnB.

"Jadi album yang terbaru ini surprise. Di album ke-3 jumlah lagu ada 13, hits pakai lagu Fariz RM, judulnya Hasrat dan Cinta. Karena isi lagunya bagus kita punya harapan dan semua kembali lagi kepada Yang Di Atas," ujar Marthin Saba.

Kebaikan Marthin Saba tidak hanya dikenang oleh rekan-rekan sepelayanan di gereja. Satu akun astarigezali.tumblr memuji Marthin Saba sebagai sosok yang punya toleransi tinggi karena mau berbagi ilmu menyanyi dengan semua kalangan termasuk para santri di pesantren.

Yang ini Marthin Saba, salah satu personil band lawas KSP Band, pelatih choir Gereja. Sedang mengajar nyanyi santri-santri di Pesantren Al-Zaitun Indramayu.

Ini contoh kerukunan beragama yang seharusnya terjadi di Indonesia. Bayangkan kalau di semua link kehidupan kita bisa berbagi ilmu tanpa memandang suku dan agama, generasi muda pasti akan lebih terbuka pikirannya dan damai.

Halaman:

Editor: Tommy MI Pardede


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah