BERITA SUBANG - Mantan Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Natalius Pigai dikabarkan telah ditangkap polisi.
Informasi ini muncul setelah cuitan Natalius Pigai tempo hari yang dianggap rasis serta menghina Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Dalam cuitannya tersebut, Natalius Pigai menyebut orang-orang Jawa Tengah tidak dapat dipercaya. Menurutnya, Jokowi dan Ganjar Pranowo telah merampok kekayaan serta membunuh orang-orang Papua.
Baca Juga: Gatot Nurmantyo Sengaja Angkat Isu PKI karena Ingin Jatuhkan Presiden Jokowi?Cek Fakta
Informasi terkait ditangkapnya Natalius Pigai oleh polisi beredar setelah kanal YouTube Politik Nusantara mengunggah video berjudul "Berita Terkini~ KEJI! Tangkap PIGAI, Hasutan dan Tuduhan ke JOKOWI & Suku Jawa Membahayakan NEGARA" pada Minggu, 3 Oktober 2021.
Hingga saat artikel ini ditulis, video tersebut telah ditonton sebanyak 36.002 kali dan disukai 409 kali.
Pada thumbnail video, terlihat potret Natalius Pigai yang didampingi seorang anggota kepolisian tengah menemui Jokowi dan Ganjar Pranowo.
Baca Juga: Warga Jakarta Dikorbankan, Ahok Bongkar Kebohongan Anies di DPRD DKI, Cek Fakta
"TUDUH JOKOWI PERAMPOK&PEMBUNUH.. !!
ANGKAP NATALIUS PIGAI !!
HASUTAN, FITNAH & TEBAR KEBENCIAN MEMBAHAYAKAN NEGARA," tulis narasi pada thumbnail video, sebagaimana dikutip dari kanal YouTube Politik Nusantara pada Senin, 4 Oktober 2021.
Namun setelah ditelusuri dari berbagai sumber, klaim yang mengatakan bahwa Natalius Pigai ditangkap polisi setelah hina Jokowi dan Ganjar Pranowo adalah tidak benar.
Faktanya, tidak ada informasi resmi dan valid terkait hal tersebut.
Di dalam video berdurasi 10 menit 6 detik itu, tidak terkandung informasi seperti apa yang diklaim pada judul.
Selain itu, foto yang digunakan sebagai thumbnail video merupakan hasil editan.
Pria kelahiran 45 tahun lalu itu bahkan masih terlihat aktif di akun Twitter pribadinya @NataliusPigai2.
Berdasarkan analisa di atas, maka dapat disimpulkan bahwa klaim yang beredar adalah hoaks.
Video tersebut termasuk ke dalam fabricated content di mana 100 persen isinya tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.***