Teks Khutbah Jumat Edisi Februari 2023, Tema: 'Pentingnya Istiqamah di Jalan Allah', dengan Doa Bahasa Arab

- 17 Februari 2023, 09:20 WIB
Ilustrasi seseorang sedang berdoa. Istiqamah kepada Allah meski sedang dapat ujian penting. Simak khutbah Jumat edisi Februari 2023 di bawah ini
Ilustrasi seseorang sedang berdoa. Istiqamah kepada Allah meski sedang dapat ujian penting. Simak khutbah Jumat edisi Februari 2023 di bawah ini /pixabay.com

BERITA SUBANG - Berikut teks Khutbah Jumat edisi Februari 2023, yang mengangkat tema: 'Pentingnya Istiqamah di Jalan Allah', lengkap dengan doa Bahasa Arab.

Artikel ini mengulas lengkap tanda-tanda orang yang selalu ber-istiqamah, apa manfaat istiqamah, serta bagaimana cara agar selalu istiqamah di jalan Allah.

Berikut intisari khutbah jumat yang ringkas, padas, berbobot, dikutip dari laman Rumaysho.

Khutbah Pertama

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِ القَوِيْمِ وَدَعَا إِلَى الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا اللّهُمَّ عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ

Amma ba’du …

Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah …

Segala puji bagi Allah yang telah menunjukkan kita kepada takwa. Dan kita diperintahkan untuk bertakwa kepada-Nya sebagaimana disebutkan dalam ayat:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran: 102)

Shalawat dan salam kepada sayyid para nabi, nabi akhir zaman, rasul yang syariatnya telah sempurna, rasul yang mengajarkan perihal ibadah dengan sempurna. Semoga shalawat dari Allah tercurah kepada beliau, kepada istri-istri beliau, para sahabat beliau, serta yang disebut keluarga beliau karena menjadi pengikut beliau yang sejati hingga akhir zaman.

Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah …

Sebelum khatib memulai khutbah, dua adab penting pada ketika mendengarkan khutbah Jumat, yakni:

Pertama: Diam dan tidak berbicara saat mendengar khutbah.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَنْصِتْ . وَالإِمَامُ يَخْطُبُ فَقَدْ لَغَوْتَ

"Jika engkau berkata pada sahabatmu pada hari Jum’at, ‘Diamlah, khotib sedang berkhutbah!’ Sungguh engkau telah berkata sia-sia.” (HR. Bukhari no. 934 dan Muslim no. 851).

Kedua: Dilarang al-habwah, yaitu duduk sambil memeluk lutut saat mendengarkan khutbah.

Dari Sahl bin Mu’adz dari bapaknya (Mu’adz bin Anas Al-Juhaniy), ia berkata:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- نَهَى عَنِ الْحُبْوَةِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَالإِمَامُ يَخْطُبُ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari duduk dengan memeluk lutut pada saat imam sedang berkhutbah.” (HR. Tirmidzi, no. 514 dan Abu Daud, no. 1110. Al Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).

Kali ini khatib mengangkat tema mengenai bagaimanakah tanda seseorang itu istiqamah.

Jika ada yang sering membaca ayat ini:


اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ

"Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS. Al-Fatihah: 6-7). Ayat ini berisi perintah untuk meminta terus istiqamah di atas jalan yang lurus.

Shirathal mustaqim menurut Ibnu Katsir adalah:

Mengikuti jalan nabi, mengikuti generasi salaf dari para sahabat seperti Abu Bakar dan ‘Umar, Mengikuti kebenaran, Mengikuti Islam, Mengikuti Al-Qur’an

Ibnu Katsir rahimahullah mengungkapkan bahwa semua pengertian di atas itu benar dan semua makna di atas itu saling terkait.

Siapa yang mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengikuti sahabat sesudahnya yaitu Abu Bakar dan Umar, maka ia telah mengikuti kebenaran. Siapa yang mengikuti kebenaran, berarti ia telah mengikuti Islam.

Siapa yang mengikuti Islam, berarti ia telah mengikuti Al-Qur’an (Kitabullah), itulah tali Allah yang kokoh. Itulah semua termasuk ash-shirothol mustaqim (jalan yang lurus). Semua pengertian di atas itu benar saling mendukung satu dan lainnya. Walillahil hamd. Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 1:213.

Bagaimana kita bisa istiqamah pada jalan Allah?

Syafiq Al-Balkhi rahimahullah berkata bahwa ada empat cara untuk istiqamah:

  1. Tidak pernah meninggalkan perintah Allah meski sedang mengalami musibah.
  2. Tidak meninggalkan perintah Allah karena kesibukan dunia.
  3. Tidak mengikuti komentar orang lain dan mengedepankan hawa nafsu sendiri.
  4. Beramal sesuai Al-Quran dan Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.(Hilyah Al-Auliya’, 8:17, dinukil dari At-Tadzhib Al-Maudhu’i li Hilyah Al-Auliya’, hlm. 50).

Tetap Istiqamah meski mendapat musibah

Allah Ta’ala berfirman,

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan." (QS. Alam Nasyrah: 5)

Ayat ini pun diulang setelah itu,

إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

"Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan." (QS. Alam Nasyroh: 6).

Tentang ayat di atas, Qatadah rahimhuallahberkata,

لَنْ يَغْلِبَ عُسْرٌ يُسْرَيْنِ

“Satu kesulitan tidak mungkin mengalahkan dua kemudahan.”

7 hikmah di balik musibah:

Ingatlah hikmah di balik musibah sungguh luar biasa.

  1. Musibah merupakan ujian, siapakah manusia bertaqwa yang mampu bersabar.
  2. Untuk membersihkan hati manusia dan supaya lepas dari sifat-sifat buruk karena ketika musibah datang, maka kesombongan, ujub, hasad berubah menjadi ketundukan kepada Allah.
  3. Iman seorang mukmin menjadi kuat.
  4. Musibah menunjukkan kuatnya Allah dan lemahnya manusia.
  5. Dengan adanya musibah, kita jadi semangat berdoa dengan ikhlas.
  6. Musibah itu untuk membangunkan seseorang yang sedang lalai.
  7. Nikmat itu baru dirasakan kalau kita mengetahui lawannya. Kita baru rasakan nikmat sehat ketika kita mendapatkan sakit.

Memiliki kesibukan, tak berarti harus meninggalkan perintah Allah

Sebagai manusia, sebagai kepala keluarga, tentu menafkahi keluarga adalah hal yang wajib. Bahkan hitungannya adalah jihad.

Namun, kerap manusia lupa, ketika sibuk, ada suka lupa dengan penciptanya, yakni Allah SWT.

Bagaimana kita tidak meninggalkan perintah Allah walaupun sibuk dengan urusan dunia?

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menceritakan tentang shalat pada suatu hari di mana beliau bersabda,

مَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَتْ لَهُ نُوراً وَبُرْهَاناً وَنَجَاةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهَا لَمْ يَكُنْ لَهُ نُورٌ وَلاَ بُرْهَانٌ وَلاَ نَجَاةٌ وَكَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ قَارُونَ وَفِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَأُبَىِّ بْنِ خَلَفٍ

“Siapa yang menjaga shalat, maka ia akan mendapatkan cahaya, petunjuk, keselamatan pada hari kiamat. Siapa yang tidak menjaganya, maka ia tidak mendapatkan cahaya, petunjuk, dan keselamatan kelak. Nantinya di hari kiamat, ia akan dikumpulkan bersama Qarun, Fir’aun, Haman, dan Ubay bin Khalaf.” (HR. Ahmad, 2:169. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata dalam kitab Ash-Shalah wa Hukmu Taarikihaa (hlm. 37-38) mengenai hadits di atas,

Siapa yang sibuk dengan hartanya sehingga melalaikan shalatnya, maka ia akan dikumpulkan bersama Qarun.Siapa yang sibuk dengan kerajaannya sehingga melalaikan shalatnya, maka ia akan dikumpulkan bersama Fir’aun.Siapa yang sibuk dengan kekuasaannya sehingga melalaikan shalat, maka ia akan dikumpulkan bersama Haman (menterinya Fir’aun).Siapa yang sibuk dengan perdagangannya sehingga melalaikan shalat, maka ia akan dikumpulkan bersama Ubay bin Khalaf.

Tidak mengikuti omongan orang lain dan mengedepankan hawa nafsu

Ketiga: Tidak mengikuti komentar orang lain dan mengedepankan hawa nafsu sendiri.

Dalam hadits disebutkan,

مَنِ الْتَمَسَ رِضَاءَ اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ كَفَاهُ اللَّهُ مُؤْنَةَ النَّاسِ وَمَنِ الْتَمَسَ رِضَاءَ النَّاسِ بِسَخَطِ اللَّهِ وَكَلَهُ اللَّهُ إِلَى النَّاسِ

“Barangsiapa yang mencari ridha Allah saat manusia tidak suka, maka Allah akan cukupkan dia dari beban manusia. Barangsiapa yang mencari ridha manusia namun Allah itu murka, maka Allah akan biarkan dia bergantung pada manusia.” (HR. Tirmidzi, no. 2414 dan Ibnu Hibban, no. 276. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Beramal sesuai Al Quran dan Sunnah Nabi

Keempat: Beramal sesuai Al-Quran dan Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا آَتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.” (QS. Al-Hasyr: 7).

Dalam hadits Al-‘Irbadh bin Sariyah disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

Hati-hatilah dengan perkara baru dalam agama. Karena setiap perkara baru (dalam agama) adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Abu Daud, no. 4607; Tirmidzi, no. 2676; dan An-Nasa’i, no. 46. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Demikian tanda kita bisa istiqamah, kesimpulannya adalah:

Tidak meninggalkan perintah Allah tatkala kita tertimpa musibah.Tidak meninggalkan perintah Allah karena kesibukan dunia.Tidak mengikuti komentar orang dan hawa nafsu sendiri.Beramal sesuai Al-Qur’an dan Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Demikian khutbah Jumat untuk hari ini. Semoga Allah memberi taufik dan hidayah kepada kita semua

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ

***

Editor: Muhamad Al Azhari


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x