Analis Dunia Perkirakan Harga CPO Masih Perkasa Hingga Kuartal II 2021

- 5 Desember 2020, 11:38 WIB
Ilutrasi Memetik Tandan Buah Segar
Ilutrasi Memetik Tandan Buah Segar /gimni.org

BERITA SUBANG– Analis komoditas dari LMC International Ltd Inggris, James Fry, memperkirakan harga CPO (minyak sawit mentah) akan tetap tinggi hingga kuartal kedua tahun 2021.  Dampak La Nina dan pemeliharaan kebun yang tidak optimal sejak pandemik covid-19 akan mempengaruhi produksi tandan buah segar (TBS) di perkebunan sawit di Indonesia dan Malaysia.

 “Tahun ini kinerja produksi minyak sawit rendah, bukan karena dampak musim kemarau panjang satu atau dua tahun sebelummya saja.  Tetapi juga K.karena pemeliharaan kebun yang kurang baik akibat penggunaan pupuk berkualitas rendah beberapa tahun lalu,” kata James Fry saat menjadi pembicara dalam IPOC (Indonesian Palm Oil Conference) 2020 New Normal, Kamis (3/12).

 Fry mengatakan, secara umum kinerja industri sawit cukup baik sepanjang pandemik covid-19.  Meskipun mengalami penurunan volume ekspor akibat penerapan lockdown di beberapa negara tujuan, termasuk dua pasar utama yaitu Tiongkok dan India, memasuki kuartal ketiga tahun 2020, tren permintaan ekspor sawit berangsur pulih.

Baca Juga: 2021, B30 Tingkatkan 12 Persen Serapan Sawit di Pasar Domestik

Pada kesempatan yang sama, Presiden Direktur ISTA Mielke GmbH Thomas Mielke menjelaskan perubahan pasokan dan permintaan minyak sawit dan minyak kedelai menentukan faktor fundamental yang menentukan harga minyak nabati. Tahun 2020, minyak sawit menguasai pangsa 32% dari total produksi minyak nabati dunia, sementara minyak kedelai sebesar 25%.

 “Mengejutkan, harga minyak sawit dan sebagian minyak nabati lainnya mencapai harga tertinggi dalam kurun enam tahun terakhir yakni di bulan November,” jelas  Mielke.

Mielke mengatakan, produksi minyak sawit lebih rendah dari ekspektasi, hal ini terjadi terutama dari bulan Juli sampai September 2020. Produksi minyak sawit dunia turun hampir di atas 8 juta ton, terutama di Indonesia.

Sementara itu, analis komoditas dari Godrej International Dorab Mistry mengatakan produksi minyak sawit Indonesia tahun 2020 juga hanya 1 juta ton lebih tinggi dibandingkan 2019. Rendahnya suplai ini menyebabkan tingginya harga minyak sawit di pasar global.

 “Proyeksi tahun 2021 kami perkirakan produksi 20 juta dari Malaysia dan 50 juta dari Indonesia, atau secara global produksi minyak sawit meningkat total 4 juta ton dibandingkan tahun 2020,” kata Dorab.

Halaman:

Editor: Tommy MI Pardede


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x