Penginjil Dunia David Yonggi Cho Meninggal Dunia, Buku “Dimensi keempat” jadi Legacy

14 September 2021, 21:50 WIB
Dr David Yonggi Cho /Majalah Praise.com

BERITA SUBANG -Penginjil kelas dunia Pastor David Yonggi Cho meninggal dunia dalam usia 85 tahun.

David Yonggi Cho yang akrab disapa Yonggi Cho lahir dengan nama Paul Yungi Cho pada 14 Februari 1936, di Ulju-gun, yang sekarang merupakan bagian dari kota metropolitan Ulsan.

Kabar duka wafatnya pendiri gereja Pantekosta terbesar di dunia yakni Yoido Full Gospel Church di Seoul, Korea Selatan yang punya hampir 1 juta jemaat dengan cepat menyebar di media sosial.

Kabar duka itu, pertama kali diposting oleh seorang pendeta senior di Singapura bernama Kong Hee.

Baca Juga: Pendiri GBI Mawar Saron Pdt Jacob Nahuway Meninggal Dunia, Ini Kisah Hidupnya

Kong Hee mengungkapkan bahwa Cho meninggal pada Selasa 14 September 2021 pagi sekitar pukul 07.30.

Postingan itu berbunyi, “Pada pukul 07:13 pagi ini, pendeta dan ayah rohani saya, Dr David Yonggi Cho, kembali ke Rumah Bapa di Surga. Aku mencintaimu, Dr Cho.”

Seorang pendeta terkenal di Ghana Dag Heward-Mills, juga memberikan penghormatan atas wafatnya Yonggi Cho.

Dag Heward-Mills menuliskan, salah satu keputusan terpenting dalam hidup Yonggi Cho mulai yang memulai pelayanannya pada tahun 1958 dan dikenal luas tahun 1970-an adalah sikap militannya untuk memenangkan banyak jiwa bagi Kristus.

Salah satu masterpiece-nya yang banyak dikenal orang Kristen di seluruh dunia adalah sebuah buku berjudul “The Fourth Dimension” atau “Dimensi keempat”.

Dalam buku karyanya “Dimensi keempat”, Yonggi Cho, mengungkapkan, tentang kekuatan firman Tuhan yang dapat melahirkan sebuah kekuatan visualisasi.

Kehidupan manusia dalam dunia hanya tiga dimensi. Tetapi Yonggi Cho menjelaskan tentang kekuatan iman bisa mengantarkan kita pada dimensi keempat.

Dunia tiga dimensi merupakan kehidupan yang manusia jalani jika hanya percaya terhadap apa yang dilihat atau dirasakan.

Sementara kehidupan empat dimensi, kata Yonggi Cho, dilahirkan dari iman dan membawa manusia pada sebuah visualisasi dunia spiritual ke dalam dunia nyata.

Yonggi Cho mengenalkan kalau iman yang lahir dari Tuhan akan memberikan kekuatan supranatural yang membuat manusia mampu terus berjalan melawan arus.

Baca Juga: Junaedi Salat, Ali Tofan Anak Tuhan Berpulang

Kekuatan ini bisa membuat manusia terus berpegang teguh pada apa yang diyakini dan membuat dirinya tidak dapat dihentikan oleh apa pun.

Sebenarnya, kata Yonggi Cho, Tuhan telah memberikan pelita-pelita pada jalan yang telah dijanjikanNya. Hanya saja, manusia sering dikalahkan oleh keinginan daging, sehingga perlahan-lahan, pelita tersebut redup dan menutupi jalan yang Tuhan tunjukkan bagi manusia.

Iman dapat membuat manusia terus berpikir secara optimistis dan tidak gentar dalam menghadapi situasi apa pun.

“Iman tidak akan menghasilkan sesuatu yang besar jika kita tidak berani untuk menghadapi tantangan.Tantangan dan rintangan sebenarnya digunakan agar manusia bisa memvisualisasikan imannya,” kata Yonggi Cho.

Saat terbaik bagi Tuhan untuk membawa manusia ke tempat yang lebih tinggi adalah ketika manusia menerima keadaan yang menguji iman kita sehingga menghasilkan hati yang berserah dan brseru kepada Tuhan.

Manusia harus mengingat kalau Tuhan tidak hanya memberikan janji bagi, tetapi Tuhan meyakinkan kita kalau kitalah yang menjadi pewaris bagi janji-janjiNya.

Baca Juga: PWT Simanjuntak Ephorus HKBP 1992-1998 meninggal Dunia di Usia 85 Tahun

Sejarah Pelayanan

Dr David Yonggi Cho adalah pendeta senior dari Yoido Full Gospel Church di Seoul, Korea Selatan.

Yonggi Cho juga pendiri dan presiden dari Church Growth International. Ia berkeliling dunia dan berkhotbah untuk pertumbuhan gereja.

Sebagai putra dari Cho Doo-chun dan Kim Bok-sun, Yonggi Cho adalah anak sulung dari lima bersaudara dan empat bersaudari.

Sayangnya karena bisnis ayahnya bangkrut, ia memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikannya ke sekolah tinggi atau universitas.

Namun Yonggi Cho memutuskan untuk masuk ke sekolah tinggi teknik inekspensif untuk mempelajari perdagangan.

Pada waktu yang bersamaan, ia mulai masuk sebuah basis tentara Amerika yang berada di dekat sekolahnya, dan mempelajari bahasa Inggris dari para tentara yang menjadi temannya.

Baca Juga: Mengenang Emeritus Pdt. SAE Nababan Saat Jadi Ephorus HKBP 1992-1998, Disemayamkan di RSPAD Gatot Subroto

Awalnya dibesarkan sebagai seorang Buddha, Yonggi Cho berpindah agama ke Kristen pada usia 17 tahun. Kehidupannya sebagai seorang Kristen dimulai setelah seorang gadis mengunjunginya setiap hari dan menceritakannya tentang Yesus Kristus, setelah dirinya didiagnosis mengidap tuberkulosis.

Percaya bahwa Allah telah memanggilnya untuk pelayanan, Yonggi Cho memutuskan untuk sebagai penerjemah untuk penginjil Inggris Ken Tize.

Pada 1956, ia mendapatkan beasiswa untuk mempelajari teologi di Kolese Alkitab Injili Penuh di Seoul.

Disana, ia bertemu dengan Choi Ja-Shil, yang menjadi ibu iparnya dan orang yang terikat dengan pelayanannya. Ia lulus pada Maret 1958.

Pada Mei 1958, Cho melakukan pelayanan pertamanya di rumah temannya, Choi Ja-shil.

Hanya Choi dan tiga anaknya yang masuk pelayanan tersebut, namun kemudian gereja tersebut berkembang dan memiliki 50 anggota.

Cho dan para anggota gerejanya memulai sebuah kampanye mengetuk pintu dan mengajak orang-orang untuk datang ke gereja, dan tiga tahun kemudian, jumlah anggota pada gereja tersebut bertambah menjadi empat ratus orang.

Saat ini gereja yang dipimpin Yonggi Cho terus berkembag dan punya hampir 1 juta jemaat.

***

Ikuti berita kami melalui Google News

Editor: Tommy MI Pardede

Tags

Terkini

Terpopuler