Kisah Nabi Isa dalam Al Qur'an, Dikenal Sebagai Ulul 'Azmi, Ia Memiliki Keistemewaan yang Agung

- 22 November 2022, 13:47 WIB
Ilustrasi kitab suci Alquran*/
Ilustrasi kitab suci Alquran*/ /Iwan Rahmansyah

“Maka Maryam mengandung, lalu ia mengasingkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksanya (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: ‘Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak diperhatikan, lagi dilupakan.’ Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: ‘Janganlah engkau bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: ‘Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini.’” (QS Maryam: 22-26).

Malaikat Jibril pun meniup kerah baju Sayyidah Maryam, maka beliau mengandung Nabi Isa. Kemudian Maryam mengasingkan diri dengan kandungannya itu dan menjauh, karena takut diolok-olok masyarakat sebab ia melahirkan tanpa suami.

Rasa sakit menjelang kelahiran pun mengantarkan Sayyidah Maryam ke batang sebuah pohon kurma yang sudah kering. Di sana karena takut disakiti orang, Sayyidah Maryam berharap untuk mati. Maka Jibril memanggilnya dari sebuah tempat di bawahnya, di lereng sebuah gunung untuk menenangkannya dan memberitahukan kepadanya bahwa Allah menjadikan sungai kecil di dekatnya.

Jibril pun memerintahkannya agar menggoncang batang pangkal pohon kurma tersebut sehingga berguguran ruthab (kurma yang mulai enak dimakan) yang masih segar, agar Maryam makan dan minum dari rezeki yang Allah berikan kepadanya, dan agar ia senang.

Jibril juga mengatakan kepadanya supaya berkata kepada orang yang melihatnya dan bertanya kepadanya tentang putranya: “Aku telah bernazar kepada Allah untuk tidak berbicara kepada seorang pun.” Nazar seperti ini sah dalam syari’at-syari’at terdahulu.

Akhirnya, setelah proses melahirkan yang penuh berkah, Sayyidah Maryam pun kembali kepada kaumnya membawa putranya Isa sebagaimana Allah tegaskan dalam Al Qur’an:

 فَأَتَتْ بِهِ قَوْمَهَا تَحْمِلُهُ قَالُوا يَا مَرْيَمُ لَقَدْ جِئْتِ شَيْئًا فَرِيًّا

“Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: ‘Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar.’” (QS Maryam: 27).

Kaumnya pun mengatakan pada Maryam bahwa beliau telah melakukan perbuatan mungkar yang besar. Mereka berburuk sangka kepada Maryam, menyalah-nyalahkan dan menyakitinya, sementara Maryam tetap diam dan tidak menjawab, karena ia telah memberitahukan kepada mereka bahwa ia telah bernazar kepada Allah untuk tidak berbicara.

Ketika keadaan menjadi sulit, maka Maryam menunjuk kepada Isa agar mereka berbicara kepadanya. Ketika itulah, mereka berkata kepada Maryam apa yang Allah beritakan dalam Al Qur’an dengan firman-Nya:

Halaman:

Editor: Muhamad Al Azhari


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Pemilu di Daerah

x