Renungan Harian Katolik 17 Agustus 2022: Orang yang Merdeka

- 15 Agustus 2022, 21:00 WIB
Ilustrasi kemerdekaan Indonesia, bendera merah putih / Pixabay / mufidpwt
Ilustrasi kemerdekaan Indonesia, bendera merah putih / Pixabay / mufidpwt /


BERITA SUBANG - Renungan Harian Katolik 17 Agustus 2022, Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia Ke-77. Warna Liturgi Putih. Lengkap dengan Bacaan Pertama, Mazmur Tanggapan, Bacaan Injil dan doa harian Katolik.

Pada Renungan Harian Katolik 17 Agustus 2022, Bacaan Pertama terambil dari Sirakh 10:1-8
Mazmur Tanggapan terambil dari Mzm 101:1ac.2ac.3a.6-7; R: Gal 5:13
dan Bacaan Injil terambil dari Matius 22:15-21
    
Berikut Renungan Harian Katolik 17 Agustus 2022:

Baca Juga: Tiba di Indonesia Tersangka Surya Darmadi Korupsi Rp78 T Lahan Sawit PT Duta Palma Langsung Di Penjara

Orang-orang Farisi datang pada Yesus dan ingin menjebakNya dengan pertanyaan. “Haruskah kami membayar pajak kepada Kaisar, atau tidak?” (Mat 22:17). Seakan-akan mereka sangat ingin mengetahui kewajiban mereka.

Mereka berlaku seolah-olah sebagai sebuah bangsa yang sungguh-sungguh meninggikan kebenaran, mereka mau bertanya kepada Allah tentang segala peraturan yang adil, padahal yang sebenarnya mereka hanya ingin tahu kepada pihak mana Yesus berpihak, sehingga mereka akan memakai kesempatan itu untuk menuduh Dia.

“Haruskah kami membayar atau tidak?” Tampaknya mereka sudah pasrah untuk mengikuti keputusanNya, “Jika Engkau mengatakan kami harus membayar pajak, kami akan melakukannya, sekalipun kami harus menjadi pengemis karenanya.

Jika Engkau mengatakan kami tidak harus membayar pajak, kami tidak akan membayarnya, sekalipun kami akan disebut pengkhianat karenanya.” Inilah perangkap yang dihadapi Yesus. Apapun pilihan jawabanya pasti akan dipersalahkan dan ada alasan untuk menuduh dia.

Baca Juga: Renungan Harian Katolik 11 Agustus 2022: Pengampunan Tiada Batas

Yesus menjawab pertanyaan tersebut dan menghindar dari perangkap itu. Ia membuat mereka menyadari bahwa uang yang sekarang digunakan dalam bangsa mereka adalah uang Romawi, mempunyai gambar Kaisar pada salah satu sisinya dan tulisan Kaisar pada sisi yang lain; dan oleh karena itu: Kaisar dapat menggunakan uang tersebut bagi kepentingan rakyat, karena ia mengawasi dan mengatur negara itu, tempat ia memiliki tanggung jawab; Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar.

Yesus menggunakan argumentasi yang sungguh luar biasa dan jauh di atas perkiraan mereka. Mereka, yang mungkin berharap bahwa Yesus akan menjawab untuk tidak perlu untuk membayar pajak kepada kaisar, akhirnya harus terperangah dengan jawaban Yesus. Yesus meminta agar mereka menunjukkan mata uang untuk membayar pajak (ay.19) dan meminta agar mereka menjawab gambar dan tulisan siapa di koin tersebut.

Dalam renungan ini kita diajak untuk tidak mencapur adukkan politik dan agama. Lebih tepatnya jangan jadikan agama untuk kepentingan politik dan kekuasaan, tetapi orang harus berpolitik dengan moral agama.

Baca Juga: Cek Fakta, Tujuh Ajudan Sambo Positif Pakai Narkoba

Agama seharusnya membawa keselamatan bagi umat manusia, bukan perpecahan dan bencana. Sebagai warga negara Indonesia dan sebagai anggota Gereja, kita harus bisa membedakan dengan sungguh-sungguh, walaupun sulit dipahami bahwa sebagai orang kristen kita dapat hidup dengan tidak menghiraukan kenyataan dunia politik. Tetapi yang jelas, kita tidak boleh mempergunakan dalil agama untuk kepentingan politik kita.

Setelah mengungkapkan iman dalam perayaan Ekaristi, kita diutus untuk mewujudkan iman dengan turut serta membangun tata dunia. Dalam Gereja terdapat aneka pelayanan Para rohaniwan dipanggil untuk mengajar, menyucikan, dan memimpin atas nama dan kuasa yang diserahkan Kristus.

Kuasa dan wewenang itu adalah pelayanan. Sementara, kaum awam melaksanakan perutusan Gereja dengan meresapi dan menyempurnakan tata dunia dengan semangat Injil. Karena ciri khas status hidup awam, yakni “hidup di tengah masyarakat dan urusan-urusan duniawi, maka mereka dipanggil oleh Allah untuk dijiwai semangat kristiani, ibarat ragi, menunaikan kerasulan mereka di dunia” (AA, 2).

Sejak perjuangan kemerdekaan, banyak tokoh Katolik yang terlibat, bahkan gugur di medan pertempuran demi nusa dan bangsanya, seperti Ignatius Slamet Riyadi dan Yos Sudarso. juga Ignatius Joseph Kasimo, dengan berani memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan sesuai dengan moralitas Katoliknya.

Bahkan Uskup Indonesia pertama, Mgr. A. Soegijapranata, SJ., dianugerahi gelar pahlawan nasional karena perjuangannya tanpa kenal lelah bagi bangsa dan negaranya.
Selamat Merayakan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia Ke-77. 100% Katolik, 100% Indonesia.

Doa Renungan Harian Katolik

Tuhan Allah Bapa yang Mahakuasa, kami bersyukur atas anugerah kemerdekaan bagi bangsa kami. Semoga kami dapat memelihara dan mempergunakan kemerdekaan dengan bijaksana; semoga kami dapat menyalakan tungku kebaikan di atas kepala setiap orang sehingga kemuliaan dan kebaikan-Mu dapat dirasakan oleh setiap orang yang merindukan kemerdekaan sejati.

Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.

Demikian Renungan Harian Katolik 17 Agustus 2022 Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia Ke-77. Merdeka!!

Dapatkan berita terkini, informasi terbaru dan kabar terkini dari BeritaSubang.com melalui Google News.

***

Editor: Edward Panggabean


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x