KH Miftachul Akhyar, Figur Sederhana dan Berakhlak Mulia

- 27 November 2020, 09:58 WIB
KH Miftachul Akhyar
KH Miftachul Akhyar /dakwahnu.id

BERITA SUBANG - KH Miftachul Akhyar terpilih menggantikan KH Ma"ruf Amin untuk memimpin Majelis Ulama Indonesia (MUI) periode 2020-2025. Miftachul Akhyar dipilih melalui rapat tim formatur yang beranggotakan 17 orang dalam Musyawarah Nasional (Munas) X di Hotel Sultan, Jakarta, Kamis 26 November 2020 malam.

KH Miftachul Akhyar merupakan Rais "Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2018-2020. Kyai Miftah juga Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah, Surabaya. Ia diusulkan sebagai calon Ketum MUI periode 2020-2025.

KH Miftachul Akhyar lahir tahun 1953, anak kesembilan dari 13 bersaudara. Di NU ia pernah menjabat sebagai Rais Syuriyah PCNU Surabaya 2000-2005, Rais Syuriyah PWNU Jawa Timur 2007-2013, 2013-2018 dan Wakil Rais Aam PBNU 2015-2020 yang selanjutnya didaulat sebagai Pj. Rais Aam PBNU 2018-2020, di Gedung PBNU, Sabtu, 22 September 2020.

Baca Juga: Struktur Pengurus MUI 2020-2025 Diumumkan, Tengku Zulkarnain Terdepak

Menurut catatan PW LTNNU Jatim, genealogi keilmuan KH Miftachul Akhyar tidak diragukan lagi. Beliau tercatat pernah nyantri di Pondok Pesantren Tambak Beras, Pondok Pesantren Sidogiri (Jawa Timur), Pondok Pesantren Lasem Jawa Tengah, dan mengikuti Majelis Ta’lim Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Makki Al- Maliki di Malang, tepatnya ketika Sayyid Muhammad masih mengajar di Indonesia.

Mengutip dakwahnu.id disebutkan, penguasaan ilmu agama Kiai Miftachul Akhyar ini membuat kagum Syekh Masduki Lasem sehingga ia diambil menantu oleh kiai yang terhitung sebagai mutakharrijin (alumnus) istimewa di Pondok Pesantren Tremas. Hanya saja, kemudian Kiai Miftachul Akhyar mendirikan Pondok Miftachus Sunnah di Kedung Tarukan mulai dari nol.

Awalnya dirinya hanya berniat mendiami rumah sang kakek, tetapi setelah melihat fenomena pentingnya “nilai religius” di tengah masyarakat setempat, maka mulailah beliau membuka pengajian. Ini dilakukan karena konon, kampung Kedung Tarukan terkenal sejak lama menjadi daerah yang tidak ramah pada dakwah para ulama.

Namun berkat akhlak dan ketinggian ilmu yang dimilikinya, beliau berhasil mengubah kesan negatif itu sehingga kampung yang “gelap” menjadi “terang dan sejuk” seperti saat ini dalam waktu yang relatif singkat.

Kesederhanaan Kiai Miftachul Akhyar, terekam dengan jelas dalam bentuk penghormatan terhadap tamu. Kiai Miftah tidak segan-segan menuangkan wedang dan menyajikan cemilan kepada tamunya.

Halaman:

Editor: Tommy MI Pardede


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x